Anggota Komisi I: Kapal Selam Nanggala Sudah Diperbaharui, Teknologi Norwegia

23 April 2021 16:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Selam KRI Nanggala-402.
 Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Selam KRI Nanggala-402. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Hingga kini Kapal Selam KRI Nanggala 402 masih belum ditemukan. Armada pemukul TNI AL itu hilang kontak di perairan bali pada Rabu (21/4) pagi. Banyak pihak menduga salah satu penyebab hilangnya karena usia KRI Nanggala yang sudah tua.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, KRI Nanggala 402 dipesan pada 1979 dan mulai bertugas di perairan Indonesia pada 1981. KRI 402 adalah buatan Howaldtswerke, Kiel, Jerman yang termasuk jenis kapal selam kelas Cakra.
Kapal Selam KRI Nanggala-402. Foto: Eric Ireng/ANTARA FOTO
Pendapat berbeda datang dari Anggota Komisi I DPR Muhammad Farhan. Ia menjelaskan peremajaan KRI Nanggala sudah dilakukan pada 2012.
"Sudah dilakukan overhaul [perbaikan menyeluruh] terbaru di Daewoo, Korea Selatan, pada 2012 selama 24 bulan. Yang diperbaiki itu menyeluruh, overhaul dan retrofit," kata Farhan kepada wartawan, Jumat (23/4)
Atas dasar itu, Farhan berpendapat, KRI Nanggala 402 sebenarnya merupakan Kapal Selam dengan teknologi yang baru. Ia menilai, KRI Nanggala masih sangat layak untuk armada tempur.
"Artinya, kapal selam ini sudah dilengkapi dengan peralatan dan teknologi tempur maupun operasi yang sudah diperbarui sejak 2012," papar Politikus NasDem itu.
ADVERTISEMENT
Bahkan, teknologi yang ada di KRI Nanggala, ditegaskan Farhan, berasal dari Norwegia, negara yang diakui dunia dengan teknologinya pada Kapal Selam.
"Teknologi yang diadopsi pun berasal dari Norwegia, yaitu salah satu negara yang memiliki teknologi kapal selam ternama di dunia," tutur Farhan.
Jika 2012 dilakukan pembaharuan menyeluruh, artinya 9 tahun lalu KRI Nanggala diperbaiki. Pernyataan Farhan itu berbeda dengan Pimpinannya, Wakil Ketua Komisi I DPR Utut Adianto menilai insiden hilangnya KRI Nanggala menjadi alaram pentingnya peremajaan alutsista TNI.
"Lagi-lagi ini adalah sinyal jelas bahwa TNI kita khususnya alutsista perlu peremajaan, kita tidak ingin melihat ini kembali terjadi. Kita tahu baik angkatan laut maupun angkatan udara kita, misalnya alutsista kita sudah pada tua dan rusak," ujar Utut di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (22/4)
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa alasan, Utut menyinggung sudah sekian kecelakaan dialami oleh pesawat Hercules TNI AU.
"Alutsista kita memang sudah tua-tua, seberapa baik pun perawatan tetap risiko tinggi, ketika itu terjadi. Hercules sudah berapa kali jatuh? Setiap jatuh pasti yang ada keluh kesah, pilu, sedih," sebut Utut.