Anggota Komisi I Sebut RI Beli Sistem Persenjataan dari Israel, Bukan Fisiknya

20 Mei 2021 14:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Farhan saat pelantikan anggota DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selasa (1/10/2019). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Farhan saat pelantikan anggota DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selasa (1/10/2019). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Meski tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, namun Indonesia tetap menjalin hubungan perdagangan. Salah satu yang kerap dibeli Indonesia dari Israel adalah di bidang senjata.
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi I DPR, Muhammad Farhan, mengamini ada sejumlah pembelian senjata dari Israel oleh Indonesia. Namun, ia menyebut yang dibeli ada sistem persenjataan, bukan fisik.
"Kalau dilihat dari itemnya ya bahwa yang dibeli adalah sistem bukan hardware ya, bukan senapan, bukan peluru, tetapi sistem elektronik sebetulnya. Enggak ada hardwarenya, bukan barang, tetapi sistem," kata Farhan saat dimintai tanggapan, Kamis (20/5).
"Contohnya aplikasi, telekomunikasi, dan lain-lain, Kemungkinannya ada," sambung dia.
Akan tetapi, politikus NasDem ini mengatakan, Indonesia tidak mungkin melakukan pembelian langsung ke Israel. Pembelian ini, kata dia, pasti melalui pihak ketiga.
"Bahwa pihak ketiga menawarkan sebuah paket yang di dalamnya ada barang dari Israel, itu memungkinkan. Hubungan diplomatik enggak ada bukan berarti hubungan bisnis enggak bisa," papar Farhan.
ADVERTISEMENT
Farhan mengaku tidak hafal secara rinci apa saja sistem persenjataan yang dibeli Indonesia dari Israel. Namun, ia memastikan dari data BPS produk persenjataan dari Israel berupa sistem elektronik.
Seorang anggota polisi perbatasan Israel menembakkan senjata selama protes anti-Israel oleh Palestina atas ketegangan di Yerusalem, di Betlehem di Tepi Barat yang diduduki Israel, Senin (10/5). Foto: Mussa Qawasma/REUTERS
"Karena pengusaha developer sistem dari Israel itu punya representasi di Singapura, Dubai, dan lain-lain. Kan mereka mengemasnya bukan mengemas sebagai brand Israel. Sama saja membeli handphone merk Korea tapi Made In China, atau Made In Malaysia. Sama saja kan," urai Farhan.
Ketika ditanya, soal dugaan Indonesia membeli reaktor nuklir dari Israel, Farhan membantah. Sebab, membeli reaktor nuklir tidaklah mudah.
"Kalau reaktor nuklir hampir tidak mungkin. Karena kalau kita mau mengekspor alat-alat yang bisa digunakan untuk pengayaan uranium untuk sebuah reaktor nuklir itu harus seizin IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional), dan kita musti tanda tangan dulu perjanjian ploriferasi, enggak semudah itu," tandas legislator dapil Jabar ini.
ADVERTISEMENT