Anies: Momentum Akan Sukses Jika Ada Kesiapan, Kesempatan dan Rekam Jejak

23 Februari 2022 1:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anies Baswedan hadir dalam acara Lembaga Survei KedaiKOPI saat meluncurkan buku MOMENTUM: Karier Politik & Aktivitas Media Sosial di bilangan Jakarta Selatan (22/2). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Anies Baswedan hadir dalam acara Lembaga Survei KedaiKOPI saat meluncurkan buku MOMENTUM: Karier Politik & Aktivitas Media Sosial di bilangan Jakarta Selatan (22/2). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Lembaga Survei KedaiKOPI meluncurkan buku dengan judul 'MOMENTUM: Karier Politik & Aktivitas Media Sosial' di bilangan Jakarta Selatan pada Selasa (22/2). Buku itu ditulis oleh Hendri Satrio, Tirta Mursitama, Firdaus Alamsjah dan Yosef Dedy Pradipto.
ADVERTISEMENT
Dalam peluncurannya, turut hadir para tokoh mulai dari Anies Baswedan, Miing Bagito, Ronal Surapradja, Faldo Maldini, Sudirman Said dan tamu undangan lainnya.
Anies mengatakan, seringkali momentum hadir di luar kendali kita. Sehingga momentum bisa disebut setelah peristiwanya.
“Jika kita berbicara mengenai karier siapa pun di wilayah politik, maka kita akan bertemu dengan yang namanya rekam jejak atas apa yang dikerjakan," kata Anies.
"Hal yang menarik adalah bila kesempatan ada, namun rekam jejak, delivery, dan kesiapan tidak hadir, (maka) pada saat itu momentum akan lepas begitu saja. Di sisi lain, kalau ada delivery, ada kesiapan, ada kesempatan, maka itu bisa dikapitalisasi menjadi momentum,” tambah dia.
Anies Baswedan hadir dalam acara Lembaga Survei KedaiKOPI saat meluncurkan buku MOMENTUM: Karier Politik & Aktivitas Media Sosial di bilangan Jakarta Selatan (22/2). Foto: Dok. Istimewa
Gubernur DKI Jakarta ini menuturkan, disertasi sebagai karya akademik ketika harus dipertahankan di depan dewan penguji adalah hal biasa. Namun, membuat disertasi menjadi sebuah bacaan populer, maka itu menjadi sebuah tantangan.
ADVERTISEMENT
“Hari ini buku tersebut diluncurkan, selamat bagi Bung Hensat dan teman-teman. Semoga buku ini memperkaya wacana kita dalam berpolitik,” kata Anies.
Sementara Faldo Maldini mengatakan, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan momentum.
“Tidak ada diskriminasi di antara kita untuk mendapatkan momentum ini. Sebagaimana Presiden Jokowi memberikan pemerataan pembangunan yang tanpa diskriminasi,” kata Staf Khusus Mensesneg ini.
Faldo meyakini, bangsa Indonesia ke depan akan memiliki momentum. Namun, semua tergantung pada kita sebagai penggerak bangsa Indonesia.
“Saya harap buku MOMENTUM karya Hendri Satrio ini dapat membuat para pencari momentum yang ingin membangun bangsa ini ke depan mendapatkan tempat,” kata Faldo.
Sedangkan Hendri Satrio mengatakan, faktor utama yang mempengaruhi karier seseorang adalah momentum. Oleh sebab itu, momentum harus dicari dan bila sudah didapat harus digunakan secara maksimal.
Anies Baswedan hadir dalam acara Lembaga Survei KedaiKOPI saat meluncurkan buku MOMENTUM: Karier Politik & Aktivitas Media Sosial di bilangan Jakarta Selatan (22/2). Foto: Dok. Istimewa
Founder Lembaga Survei KedaiKOPI ini membeberkan tiga cara untuk mendapatkan sebuah momentum. Pertama adalah kepemimpinan transformasional, kedua memiliki modal sosial dan terakhir pengalaman bisnis maupun organisasi.
ADVERTISEMENT
Pria yang akrab disapa Hensat itu memaparkan, di dalam buku karyanya ini menceritakan tentang perjalanan tokoh bangsa yang berhasil dalam memanfaatkan momentumnya. Presiden Jokowi adalah salah satunya.
Selain itu dalam buku ini terdapat fakta menarik dari hasil disertasi yang dilakukan olehnya. Hensat menjelaskan seputar aktivitas media sosial dan kaitannya dengan karier politik seseorang.
“Dan yang juga penting dalam buku ini adalah, fenomena yang melukiskan bahwa aktivitas media sosial ternyata tidak berpengaruh siginifikan terhadap karier politik atau elektabilitas," kata Hensat.
"Jadi bila ingin memiliki karier politik yang bagus, mau tidak mau (seorang politisi) harus mendapatkan dan memanfaatkan momentum, bukan (memanfaatkan) aktivitas media sosial," tambah dia.
Meski begitu, Hensat tidak menampik fakta bahwa aktivitas politisi di media sosial dapat mempengaruhi popularitas politisi tersebut.
Sudirman Said Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Koordinator Nasional Forum Solidaritas Kemanusiaan (FSK) Sudirman Said, memberikan perhatiannya pada modal sosial yang dipaparkan oleh Hendri Satrio.
ADVERTISEMENT
Sudirman mengamini, modal sosial bagi seorang pemimpin merupakan hal yang krusial. Namun modal sosial harus dipupuk dengan integritas, karya dan reputasi.
"Modal sosial tak bisa diperoleh secara instan dan tidak dapat pula dibeli. Seorang pemimpin, di mana pun dia berada, harus bisa mengakumulasi modal sosial mereka,” kata Sudirman.
Kunto A Wibowo direktur eksekutif Lembaga Survei kedaiKOPI, saat konpers di Hotel Grand Sahid Jaya. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
Direktur Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, Ph.D. memberikan pandangannya terhadap buku itu. Ia terkesan dengan cara Hendri menjawab persoalan bagaimana cara seseorang mendapatkan apa yang menjadi momentum bagi dirinya.
“Hendri menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan sederhana dan elegan. Pertama, Hensat mengumpulkan hasil bacaan dan diskusi bersama teman-teman di KedaiKOPI ditambah data-data Survei pilkada dan pemilu yang dimiliki KedaiKOPI untuk diracik dan mendapatkan kandidat faktor-faktor pemicu momentum," kata Kunto.
ADVERTISEMENT
"Ada banyak faktor pemicu momentum, namun sederhananya bisa dibagi menjadi dua bagian besar. Pertama adalah faktor di luar kendali kita dan kedua adalah faktor yang bisa kita kendalikan," tutur dia,
Tubagus Deddy Miing Gumelar atau kerap dikenal sebagai Miing, menilai, momentum harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Namun momentum hanya dapat dimanfaatkan dengan kecerdasan dan sensitivitas penerimanya.
“Kecerdasan (di sini) tidak hanya berupa kecerdasan secara ilmiah, namun juga kecerdasan nurani," kata Miing.
Lebih lanjut, ia berharap agar buku ini dapat menjadi sebuah kekayaan intelektual bagi bangsa Indonesia.