Anies: Pipanisasi Air Minum Dapat Cegah Penurunan Permukaan Tanah

16 Oktober 2019 0:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menghadiri peluncuran buku "Biografi Muhammad Natsir" di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (7/9). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menghadiri peluncuran buku "Biografi Muhammad Natsir" di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (7/9). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi pernyataan Menteri ESDM Ignasius Jonan terkait penurunan permukaan tanah di Jakarta yang semakin masif. Dalam keterangannya, Jonan menyebut penurunan permukaan tanah di Jakarta Utara yang paling parah.
ADVERTISEMENT
Anies mengakui Pemprov DKI menyadari ancaman penurunan permukaan tanah. Dalam pertemuannya dengan peneliti dari Japan-Indonesia Cooperation Agency (JICA), dijelaskan penurunan tanah dapat dicegah dengan melakukan pipanisasi air minum.
“Ada penurunan permukaan air tanah atau air tanah di beberapa titik. Perlu saya garis bawahi di sini titik-titik itu mengalami penurunan dibagi per kelurahan di tempat yang kita melakukan pipanisasi air minum. Maka penurunan permukaan tanahnya berhenti. Tapi di tempat yang belum ada pipa air minum, penurunan tanahnya berjalan terus," kata Anies di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (15/10).
Menurut Anies, Pemprov DKI harus segera melakukan pipanisasi air minum untuk mencegah permukaan tanah Jakarta semakin menurun. Selain itu, pengelolaan air minum juga harus diambil alih oleh pemerintah agar warga tidak terus menerus mengandalkan air tanah untuk mendapatkan air bersih.
ADVERTISEMENT
“Jadi dari data itu terlihat. Makin cepat melakukan pipanisasi atas air minum menyebabkan penurunan tanah bisa dicegah untuk perjalanan lebih jauh. Jelas sekali dari temuan itu,” tuturnya.
“Karenanya kita berkepentingan mempercepat persoalan pengelolaan tata kelola air ini supaya bisa mencegah penurunan air, penurunan permukaan tanah, sekaligus memastikan setiap warga mendapatkan air bersih untuk bisa diminum,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan salah satu daerah di Jakarta Utara yang penurunan tanahnya paling parah berada di Ancol. Penurunannya hingga 12 centimeter per tahun.
Penggunaan air tanah sendiri terjadi karena saat ini, kebutuhan air bersih di Jakarta diperkirakan mencapai 846 juta meter kubik per tahun. Sedangkan layanan air PDAM Jakarta hanya baru dapat memasok sekitar 62 persen, sehingga sisa kebutuhan air bersih dipenuhi dari pengambilan air tanah.
ADVERTISEMENT
"Di Utara bisa capai 12 cm. Kalau 10 tahun bisa turun hingga 1 meter. 50 tahun turun 5 meter. Ini persoalan kita bersama," kata dia dalam diskusi di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (15/10).