Anies soal Framing Intoleran: Saya Balikkan, Mana Kebijakan Gubernur Intoleran?

10 Agustus 2020 22:14 WIB
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat menyinggung soal stigma pemimpin intoleran saat awal jadi nakhoda di Ibu Kota. Hal ini disampaikan saat peluncuran buku politikus PKS Mardani Ali Sera sekaligus diskusi Indonesia Leaders Talk.
ADVERTISEMENT
Anies sadar betul, stigma itu terus digaungkan di awal menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Tapi, Anies memilih diam dan membuktikannya lewat berbagai kebijakan yang justru kontra stigma intoleransi yang disematkan.
"Soal framing-framing luar biasa masa kampanye terus sampai sekarang. Saya jawab enggak dengan kata-kata. Betapa ada gambaran tentang pemerintahan di Jakarta yang intoleran, framing itu kuat dibangun. Saya enggak pernah mau jawab dengan lisan," kata Anies dalam acara Indonesia Leaders Talk, Senin (10/8).
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan saat menghadiri upacara HUT Jakarta. Foto: PPID DKI Jakarta
Menurutnya, framing Jakarta di bawah kepemimpinannya menjadi kota intoleran hanyalah imajinasi yang tak bisa dibuktikan. Malahan, kata dia, di Jakarta berhasil dibangun kesetaraan dan persatuan.
ADVERTISEMENT
Dia pun menyebut narasi kampanyenya yang kini menjadi nilai yang dipegangnya yakni keadilan sosial. Dia ingin, di Jakarta semua punya kesempatan yang sama.
"Keadilan sosial maka bagaimana di Jakarta ada kesempatan semua untuk berkembang. Bukan mengecilkan yang besar tapi membesarkan yang kecil dan pada kesempatan itu yang dimunculkan kemudian," kata Anies.
Dari situ, kata dia, muncul janji kampanye yang kemudian dia bawa menjadi kebijakan daerah. Dia sampai akhir masa jabatannya akan berusaha memenuhi janjinya itu.
"Lalu itu muncul menjadi dokumen untuk dibawa menjadi tugas pemerintahan. Jadi Alhamdulillah sekarang ini kita itu punya daftarnya mana yang sudah tersampaikan berapa persen," tutur dia.
"Karena kita tahu tugasnya lima tahun, lalu selama lima tahun itu ada yang bisa tuntas tahun pertama ada yang tuntasnya tahun keempat tahun ke lima, tapi yang paling penting kita punya matriksnya apa yang selesai kapan," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Anies menilai, tidak ada yang boleh dimusuhi di Jakarta. Adanya perselisihan atau lawan tetap wajar, tapi jangan sampai menimbulkan permusuhan yang justru berujung saling menghabisi.
"Jadi enggak ada istilah musuh tapi lawan. Toh sebagian memang enggak bisa bedakan. Musuh maunya habisi," ucap dia.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)