Antara Penyerangan Novel dan Wacana Densus Antikorupsi

20 Juli 2017 11:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bambang Widjojanto seorang praktisi hukum. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bambang Widjojanto seorang praktisi hukum. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mempertanyakan kepantasan wacana pembentukan Densus Antikorupsi oleh Polri. Pertanyaan ini muncul karena 100 hari berlalu kasus penyiraman terhadap penyidik KPK Novel Baswedan tak kunjung menemui titik terang.
ADVERTISEMENT
"Yang juga sangat penting ditanyakan, di 100 hari brutalitas penyerangan Novel, pantaskah kita bicara soal ide Densus Tipikor (Antikorupsi) kendati tidak sanggup mengungkap penyerangan sistematik yang begitu terencana atas Novel?," kata Bambang dalam keterangan tertulisnya, Kamis (20/7).
Bambang menyebut kasus penyerangan Novel yang bukan pertama kali itu merupakan bentuk pelemahan terhadap lembaga antirasuah. Sebab sebagai penyidik, Novel memiliki peranan penting dalam pengungkapan kasus korupsi.
Novel diserang orang tak dikenal saat KPK tengah berupaya membongkar kasus megakorupsi e-KTP. Novel merupakan penyidik utama dalam kasus yang menyeret banyak nama petiggi negara tersebut.
Novel Baswedan. (Foto: Antara/Aprilio Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Novel Baswedan. (Foto: Antara/Aprilio Akbar)
"Tahukah kita, serangan memakai air keras ke wajah Novel bukan kali yang pertama. Ketika Novel jadi salah satu penyidik utama yang bongkar kasus e-KTP yang ternyata, diduga keras melibatkan Ketua DPR dan sebagian Anggota Pansus Angket KPK," kata Bambang.
ADVERTISEMENT
Akibat penyerangan dengan air keras pada Selasa 11 April lalu, Novel hingga kini masih menjalani perawatan.
Namun, polisi yang berkewajiban untuk membongkar kasus penyerangan itu hingga kini belum juga menangkap pelakunya. Belum ada kabar pasti akan kemajuan penyelidikan atas kasus penyerangan terhadap Novel.
"Tahukah kita, banyak kalangan sudah menyimpulkan dengan pertanyaan, apakah kita masih percaya kasus ini dapat dibongkar? Ada banyak janji untuk segera mengungkap tapi tidak dipenuhi dan bersifat spekulatif," seru Bambang.
Pembentukan tim pencari fakta independen sebagai alternatif solusi membantu membongkar kasus penyerangan itu tidak disetujui. Bambang menilai tampak ada upaya pelemahan semangat pelbagai pihak untuk ikut turun tangan membantu memecahkan kasus itu.