Antisipasi Ancaman Asing, PM Jepang Berjanji Perkuat Militer
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah pidato saat meninjau armada internasional Jepang pada Minggu (6/11), pria berusia 65 tahun itu menyinggung soal operasi militer khusus Rusia di Ukraina serta mengecam uji coba rudal dari negara tetangganya, Korea Utara.
Sebab, untuk pertama kalinya sejak 2017, rudal Korea Utara melintas di permukaan udara Tokyo, sehingga memicu peringatan evakuasi warga sipil yang cukup jarang terjadi di Negeri Sakura.
“Kita harus mempersiapkan diri kita untuk menghadapi era ketika muncul aktor-aktor yang tidak mematuhi aturan dan menggunakan kekuatan atau ancaman untuk menghancurkan perdamaian dan keamanan negara lain,” tutur Kishida, seperti dikutip dari AFP.
“Kami akan mempercepat diskusi realistis tentang apa yang dibutuhkan untuk membela rakyat kami dengan menjaga semua opsi di atas meja,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Kishida secara tidak langsung menyinggung kondisi keamanan nasional negaranya yang semakin buruk, termasuk di kawasan Laut China Timur dan Laut China Selatan.
Beijing selama ini terlibat dalam sengketa teritorial dengan negara-negara di kawasan itu, termasuk Jepang.
Pernyataan Kishida muncul, ketika Tokyo sedang menyusun rencana keamanan terbaru, yang mendorong adanya anggaran pengeluaran ekstra, hingga dua kali lipat dalam waktu lima tahun.
Ini merupakan sebuah perubahan keputusan besar di Jepang, negara yang konstitusi pasifis yang dianut sehingga membatasi kapasitas militernya.
“Peningkatan [kapasitas angkatan laut Jepang] tidak bisa menunggu, termasuk pembangunan kapal angkatan laut baru, meningkatkan kapasitas pertahanan rudal kita dan perbaikan kondisi kerja dan kompensasi bagi personel [militer] kita,” jelas Kishida.
Meski begitu, Kishida menjamin bahwa pemerintah Tokyo akan secara transparan menginformasikan pengeluaran militer negara.
ADVERTISEMENT
“Jepang akan mempertahankan cara kami sebagai negara pasifis seperti yang telah kami lakukan sejak akhir [Perang Dunia II],” pungkasnya.
Peninjauan armada tambahan ini melibatkan kolaborasi dengan negara asing yang memiliki hubungan dengan Jepang. Pihaknya akan mengumpulkan kapal-kapal dari Jepang dan 12 negara lainnya, termasuk Australia, India, dan Amerika Serikat di Teluk Sagami.
Untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun, Korea Selatan turut ikut andil dalam armada tambahan ini, seiring dengan normalisasi hubungan antara Seoul dan Tokyo yang sempat merenggang.