Antisipasi Serangan China, Warga Taiwan Daftar Kelas Privat Latihan Perang

15 Desember 2022 16:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota media mengambil foto Apache AH-64 selama latihan militer di Pingtung, Taiwan. Foto: Ann Wang/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Anggota media mengambil foto Apache AH-64 selama latihan militer di Pingtung, Taiwan. Foto: Ann Wang/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika Ketua DPR Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi, mengunjungi Taiwan pada 2 Agustus, saat situasi memanas antara pulau tersebut dan China.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa bulan sejak itu, Beijing yang mengeklaim Taiwan sebagai wilayahnya telah mengerahkan jet tempur semakin ke dalam Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan.
Menilik kemungkinan situasi yang tidak diinginkan, organisasi dan aktor swasta melakukan persiapannya sendiri untuk berperang.
Salah satunya adalah taipan bisnis kontroversial, Robert Tsao. Dia pernah menjadi advokat untuk penyatuan Taiwan dan China.
Sebagai protes terhadap undang-undang pemerintah, Tsao bahkan melepaskan kewarganegaraan Taiwan pada 2011 dan pindah ke Singapura. UU ini mencegah perusahaan semikonduktornya, United Microelectronics Corporation (UMC), untuk berinvestasi di China.
Kendati demikian, Tsao sekarang menjadi kritikus keras China. Pengusaha tersebut sering mengecam perilaku Partai Komunis China (PKC) terhadap Taiwan.
Tsao kerap melayangkan kritik pedas pula terhadap politikus Taiwan bersikap terlalu lemah terhadap China.
ADVERTISEMENT
Tsao menunjukkan betapa pola pikir orang Taiwan terhadap China berubah selama sepuluh tahun terakhir—dari yang memprioritaskan bisnis dan integrasi damai menjadi melawan paksaan.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi berbicara di samping Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Direktur American Institute in Taiwan (AIT) Sandra Oudkirk selama pertemuan di kantor kepresidenan di Taipei, Taiwan, Rabu (3/8/2022). Foto: Kantor Kepresidenan Taiwan/Handout via Reuters
Tsao kemudian mengumumkan, dia telah mendapatkan kembali kewarganegaraan Taiwan pada September.
Pada saat yang bersamaan, dia berjanji akan menyumbangkan TWD 3 miliar (Rp 1,5 triliun) untuk memperkuat pertahanan Taiwan.
Langkahnya adalah tanggapan atas latihan militer yang digelar China mengelilingi Taiwan akibat kunjungan Pelosi.
Sebagian donasi tersebut lalu disalurkan kepada kelompok pelatihan pertahanan sipil, Akademi Kuma. Organisasi ini didirikan dua individu lainnya yang mempersiapkan Taiwan menghadapi perang dengan China, yakni akademisi Puma Shen dan aktivis Ho Cheng-Hui.
Melalui akademi itu, Shen dan Ho menawarkan kelas privat. Pembelajaran tersebut berkisar dari teoritis hingga praktis.
ADVERTISEMENT
Akademi Kuma mengajarkan keterampilan dasar seputar cara-cara melawan kesalahan informasi dalam platform daring, melakukan pertolongan pertama, menghentikan pendarahan, sampai mengidentifikasi tentara China. Kelas mereka berbasis di Taipei.
"Militer berulang kali melakukan latihan untuk melatih pertahanan Taiwan bila serangan China terjadi, tetapi sebagian besar warga sipil Taiwan tidak tahu apa yang harus dilakukan bila serangan seperti itu terjadi," jelas Ho, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (15/12).
"Kami memulai Kuma dengan tujuan memberikan warga sipil Taiwan yang tertarik beberapa alat yang membantu mereka bertindak sebelum, selama, dan setelah kemungkinan keterlibatan militer di Taiwan," lanjut dia.
Pasukan Roket di bawah Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan uji coba rudal konvensional ke perairan lepas pantai timur Taiwan, dari lokasi yang dirahasiakan dalam selebaran ini yang dirilis pada 4 Agustus 2022. Foto: Komando Teater Timur/Handout via REUTERS
Ho berharap kelas-kelasnya menanamkan kesadaran bahwa melawan China membutuhkan mobilisasi seluruh masyarakat Taiwan.
"Kami tidak mengajarkan atau mendorong kekerasan, tetapi kami mengajarkan orang bagaimana membela diri mereka sendiri dan satu sama lain, sehingga bila perang pecah, semua orang tahu bahwa mereka memiliki peran untuk dimainkan," papar Ho.
ADVERTISEMENT
Akademi Kuma mengadakan sesi pelatihan pertamanya pada awal September. Selang beberapa jam setelah pendaftaran dibuka secara daring, kuota kelas mereka langsung terisi penuh.
Alhasil, Akademi Kuma berencana membuka cabang di kota-kota besar lainnya seperti Kaohsiung, Tainan, dan Taichung.
Seorang mahasiswa berusia 29 tahun asal Taichung, Yuchi Pao, ikut serta dalam pelatihan pada awal November. Awalnya, dia percaya bahwa perang tidak akan pernah terjadi seumur hidupnya.
Invasi Rusia ke Ukraina kemudian mengubah persepsinya.
"Sejak invasi Rusia, saya merasa bahwa saya harus tahu lebih banyak tentang apa yang dapat saya lakukan untuk pertahanan Taiwan bila perang pecah," ungkap dia.
Sebuah jet tempur F16 bersenjata buatan AS lepas landas dari jalan raya di Pingtung, Taiwan selatan, selama latihan tahunan Han Kuang pada 15 September 2021. Foto: Sam Yeh/AFP
Kebisingan mesin jet tempur menggema di seluruh Taichung, menenggelamkan suara lalu lintas dan konstruksi. Satu skuadron pesawat tempur F-16 melihat melintasi atap gedung pencakar langit.
ADVERTISEMENT
Pesawat-pesawat itu lenyap di balik lapisan tipis kabut asap dengan cepat. Tujuan mereka adalah laut di wilayah darat tempat sekelompok pesawat militer China menembus ADIZ di Selat Taiwan.
Seorang koki dan mantan tentara berusia 27 tahun, Hsin Song, berhenti sejenak untuk mendongak ke arah cakrawala yang berkabut untuk sekilas melihat skuadron F-16. Dia sama sekali tidak terganggu oleh raungan mesin jet di atas Taichung.
"Saya merasa lebih aman melihat pesawat tempur kami siap untuk menghentikan pergerakan China ke wilayah udara kami," katanya.
Sejak invasi Rusia, dia menduga China akan mengambil langkah serupa terhadap Taiwan. Sebab, Beijing tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk menguasai pulau itu.
Hsin Song meyakini pihak yang harus bersiap melawan China bukan hanya angkatan udara, melainkan seluruh masyarakat Taiwan.
ADVERTISEMENT
"Semua orang Taiwan harus siap," tegas dia.
Raungan dari jet tempur perlahan memudar. Keributan lalu lintas dan kebisingan konstruksi lalu kembali mendominasi tata suara Taichung. Kendati demikian, Hsin Song tetap mengarahkan pandangannya ke arah F-16 dan Selat Taiwan.
"Lebih baik bersiap untuk perang yang tidak pernah datang daripada tidak siap untuk perang yang akan datang," pungkas dia.