Aparat Iran Tembak Demonstran Wanita Pendukung Mahsa Amini di Alat Vital

9 Desember 2022 13:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
demonstran wanita di Iran penolak kematian Mahsa Amini. Foto: ANWAR AMRO/AFP
zoom-in-whitePerbesar
demonstran wanita di Iran penolak kematian Mahsa Amini. Foto: ANWAR AMRO/AFP
ADVERTISEMENT
Demonstran wanita di Iran kerap ditembak di bagian sensitif seperti payudara dan alat kelamin. Tindakan ini diterima pengunjuk rasa saat turun ke jalan memprotes kematian Mahsa Amini.
ADVERTISEMENT
Amini merupakan perempuan Kurdi yang meninggal dunia pada September lalu. Diduga Amini kehilangan nyawa akibat tindak kekerasan dari polisi moral Iran karena menyalahi aturan memakai hijab.
Kematian Amini memicu unjuk rasa terbesar di Iran sejak revolusi Islam pada 1979 lalu.
Seorang demonstran memegang foto Mahsa Amini di luar Gedung Federal Wilshire Los Angeles, California, AS. Foto: Bing Guan/REUTERS
Setelah dua bulan lebih unjuk rasa pecah, petugas medis mengungkapkan laporan mengenai luka-luka para demonstran. Ternyata pengunjuk rasa perempuan dan laki-laki memiliki luka yang beda. Namun, mereka sama-sama menerima tembakan birdshot atau sebutan untuk tembakan yang dilepaskan dari jarak dekat.
Penasihat Krisis Senior untuk Senjata dan Operasi Militer Amnesty International Brian Castner mengatakan tembakan birdshot hanya diperbolehkan untuk berburu.
Laki-laki biasanya memiliki luka akibat tembakan di kaki, bokong, dan punggung. Sedangkan perempuan cenderung dilepaskan pada area yang sensitif.
ADVERTISEMENT
“Saya merawat seorang perempuan berusia awal 20-an, yang tertembak di alat kelaminnya dengan dua peluru. Sepuluh lainnya bersarang di paha bagian dalamnya. Sepuluh ini dengan mudah dikeluarkan, tetapi dua peluru itu merupakan tantangan, karena terjepit di antara uretra dan lubang vaginanya, ” kata seorang dokter di Provinsi Isfahan, Iran, yang membantu merawat para pengunjuk rasa seperti dikutip dari The Guardian.
“Ada risiko infeksi vagina yang serius, jadi saya memintanya untuk pergi ke dokter kandungan tepercaya. Dia mengatakan dia memprotes ketika sekelompok sekitar sepuluh pasukan keamanan berputar-putar dan menembaknya di alat kelamin dan pahanya.”
Menurutnya, tembakan yang dilepaskan kepada para pengunjuk rasa perempuan ditujukan secara khusus untuk menghancurkan kecantikan perempuan tersebut. Argumen ini diperkuat dengan keterangan seorang dokter dari Karaj yang menemukan pola serupa.
ADVERTISEMENT
“Pasukan keamanan menembak wajah dan bagian tubuh pribadi perempuan karena mereka memiliki rasa rendah diri. Dan mereka ingin menghilangkan permasalahan kompleks seksual mereka dengan menyakiti anak-anak muda ini.” terang dokter tersebut.
Sedangkan petugas medis lainnya berpendapat bahwa pasukan keamanan kerap kali melanggar aturan praktik pengendalian kerusuhan seperti menembakkan senjata ke kaki untuk menghindari kerusakan organ vital.
Tak hanya menyasar para pengunjuk rasa, petugas keamanan juga kerap menargetkan masyarakat sipil yang tidak terlibat dalam aksi demonstrasi.
“Salah satu orang yang terluka yang saya rawat bahkan bukan demonstran. Dia adalah pengamat dan mengira dia tidak akan ditembak. Mereka menembak membabi buta pada semua orang yang bukan salah satu dari mereka.” tutur salah satu petugas medis.
ADVERTISEMENT
Dalam menjalankan tugasnya, dokter dan petugas medis lainnya berada di bawah ancaman. Pada 26 Oktober lalu, ratusan petugas medis melakukan protes di Dewan Medis Iran akibat ancaman yang terus dilakukan pemerintah. Namun tak lama kemudian, mereka ditembak dengan senjata pelet oleh pasukan keamanan.
Seorang pelajar di Bandar Abbas, Ghazal Ranjkesh, mengatakan dirinya juga ditembak dalam perjalanan pulang kerja. Melalui akun Instagramnya, Ranjkesh mengatakan bahwa ia tidak termasuk ke dalam kelompok pengunjuk rasa kala itu.
“Gambar terakhir yang dilihat mata kanan saya adalah senyuman orang yang menembaki saya,” tulis Ranjkesh.
Unjuk rasa terkait kematian Mahsa Amini menurut laporan Iran Human Rights sudah menewaskan 448 orang sampai saat ini. 60 di antara korban jiwa merupakan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Di samping korban jiwa, protes berujung rusuh itu turut pula melukai hampir 900 orang.
Penulis: Thalitha Yuristiana.