Arab Saudi Eksekusi Mati Seorang Pria yang Terlibat Pemberontakan

16 Juni 2021 11:55 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bendera Arab Saudi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bendera Arab Saudi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kerajaan Arab Saudi mengeksekusi mati seorang pria bernama Mustafa Hashem al-Darwish (26). Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengatakan, ia dieksekusi pada Selasa (15/6) di Dammam.
ADVERTISEMENT
"Mustafa Hashem al-Darwish ditangkap pada Mei 2015 dan didakwa dengan pelanggaran terkait protes, banyak di antaranya terjadi ketika dia berusia 17 tahun. Dia dieksekusi pada hari Selasa di Dammam," tulis pernyataan Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi dikutip dari Reuters, Rabu (16/6).
Eksekusi mati terhadap Darwish yang berasal dari kelompok Syiah ini mendapat kecaman dan sorotan dari kelompok hak asasi manusia (HAM). Sebab rentetan kejahatan yang dilakukan Darwish dilakukan ketika umurnya belum genap 18 tahun atau masih masuk kategori remaja.
Padahal, Pemerintah Arab Saudi pada tahun lalu menyatakan mereka akan menghentikan hukuman mati bagi orang-orang yang melakukan kejahatan tertentu di bawah umur. Sebagai gantinya, pelaku akan menjalani hukuman hingga 10 tahun dalam tahanan remaja.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Dekrit Kerajaan yang dikeluarkan pada Maret 2020 itu tidak pernah dilaporkan oleh media pemerintah atau diterbitkan dalam lembaran resmi seperti yang biasa dilakukan.
Komisi HAM Arab Saudi mengatakan, dekrit itu hanya berlaku untuk kategori pelanggaran yang lebih rendah di bawah hukum Islam yang dikenal sebagai takzir.
Sementara dalam dakwaan, Darwish dituduh terlibat dalam pemberontakan bersenjata, berupaya mengganggu keamanan dengan membuat kerusuhan dan memicu kebencian.
Selain itu, Darwish mengaku sudah lebih dari sepuluh kali hadir pertemuan merencanakan kerusuhan pada 2011 dan 2012. Hanya saja, dokumen itu tidak dijelaskan secara rinci waktu Darwish melakukan kejahatan.
Amnesty International mengatakan, Darwish mengakui perbuatannya karena menghadapi tekanan dari pengadilan. Ia disiksa selama proses interogasi.
ADVERTISEMENT
Sedangkan keluarga Darwish tidak menerima pemberitahuan sebelumnya mengenai eksekusi mati ini. Mereka baru tahu dari berita online.
"Bagaimana mereka bisa mengeksekusi seorang anak laki-laki karena sebuah foto di ponselnya?" tanya keluarga Darwish.
"Sejak penangkapannya, kami tidak tahu apa-apa selain rasa sakit. Ini adalah kematian yang hidup bagi seluruh keluarga," tambah mereka.
Meski mendapat banyak kecaman, pemerintah Arab Saudi belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait masalah ini.