AS Tuduh Rusia Gunakan Pangan Sebagai Senjata untuk Menangkan Perang

20 Mei 2022 12:36 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan kilang minyak yang terbakar usai serangan Rusia di dekat kota pelabuhan Odesa, Ukraina. Foto: Nacho Doce/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan kilang minyak yang terbakar usai serangan Rusia di dekat kota pelabuhan Odesa, Ukraina. Foto: Nacho Doce/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menuduh Rusia telah menggunakan makanan sebagai senjata untuk menyukseskan invasinya di Ukraina. Cara yang digunakan Rusia adalah dengan menyandera persediaan pangan dunia.
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (19/5/2022), Blinken mengatakan perang antara Rusia dan Ukraina telah menghentikan perdagangan maritim di sebagian besar wilayah Laut Hitam dan menjadikan kawasan itu tidak aman untuk navigasi.
Blinken menyebut pertemuan yang dia pimpin itu berlangsung ketika kelaparan global yang dipicu oleh perubahan iklim dan COVID-19, dibuat semakin parah dengan berlangsungnya konflik.
Sejak invasi Rusia pada 24 Februari lalu, angkatan laut Rusia telah berusaha untuk mengontrol akses ke barat laut Laut Hitam dan Laut Azov serta memblokir pelabuhan Ukraina.
Akibatnya ekspor pertanian Ukraina terjebak dan terhenti. Hal ini berpotensi dapat membahayakan pasokan makanan global. AS menilai tindakan ini adalah upaya yang disengaja oleh Moskow untuk menjadikan pangan sebagai senjata perang mereka.
Ilustrasi lahan pertanian. Foto: Dok. Kementan
"Sebagai akibat dari tindakan pemerintah Rusia, sekitar 20 juta ton biji pangan tidak terpakai di Silo Ukraina, sementara pasokan makanan global terus berkurang, harga meroket, menyebabkan semakin banyak negara di seluruh dunia mengalami kerawanan pangan," papar Blinken.
ADVERTISEMENT
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyangkal tuduhan bahwa Moskow ingin menimbulkan bencana kelaparan sebagai klaim AS dan negara Barat yang sangat tidak benar.
"Anda menegaskan bahwa kami diduga mencegah produk pertanian dibawa keluar dari Ukraina melalui laut," katanya Nebenzia.
"Namun, kenyataannya adalah Ukraina dan bukan Rusia yang telah memblokir 75 kapal dari 17 negara bagian di pelabuhan Nikolaev, Kherson, Chernomorsk, Mariupol, Ochakov, Odesa dan Yuzhniy,โ€ jelasnya.
Nebenzia memperingatkan, kecuali masalah ini diselesaikan, peluang untuk mengekspor bahan pangan apa pun dari Ukraina melalui laut tidak akan dapat dibicarakan.
Vassily Nebenzia, Duta Besar Rusia di PBB. Foto: Shannon Stapleton/REUTERS
Nebenzia turut menekankan bahwa Rusia tetap menjadi pemasok makanan dan energi dunia yang bertanggung jawab.
Dia mengatakan, Rusia memperkirakan rekor panen gandum dan dapat menawarkan untuk mengekspor 25 juta ton biji pangan dari 1 Agustus hingga akhir tahun melalui pelabuhan Novorossiysk. Selain itu, Moskow juga siap membahas ekspor sedikitnya 22 juta ton pupuk untuk dari Juni hingga Desember.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, Nebenzia mengatakan, lebih dari 10.000 sanksi terhadap Rusia telah mengganggu rute transportasi, menghambat pergerakan kapal Rusia, dan melarang mereka memasuki pelabuhan.
Sanksi juga menyebabkan masalah pengangkutan dan asuransi, membatasi transaksi komersial, dan menciptakan kesulitan dengan transaksi perbankan.
"Jika Anda tidak ingin mencabut sanksi pilihan Anda, lalu mengapa Anda menuduh kami sebagai penyebab krisis pangan ini? Mengapa sebagai akibat dari permainan geopolitik Anda yang tidak bertanggung jawab, negara dan wilayah termiskin harus menderita?" tanya Nebenzia.
Blinken menyebut klaim Rusia bahwa sanksi lah yang harus disalahkan atas memburuknya krisis pangan global adalah salah. Dia menekankan langkah untuk menjadikan pangan sebagai senjata adalah sepenuhnya keputusan Moskow.
Antony Blinken, Menlu AS di Pertemuan PBB. Foto: Eduardo Munoz/REUTERS
"Sanksi tidak memblokir pelabuhan Laut Hitam, menjebak kapal yang penuh dengan makanan, dan menghancurkan jalan dan kereta api Ukraina; Rusia yang melakukan itu," tegas Blinken.
ADVERTISEMENT
"Sanksi tidak mengosongkan silo gandum Ukraina dan mencuri peralatan pertanian Ukraina; Rusia yang melakukan itu,โ€ tambahnya.
Blinken memaparkan, sanksi yang dijatuhkan oleh AS dan banyak negara lainnya tidak mencegah Rusia mengekspor makanan dan pupuk.
"Dan kami bekerja dengan negara-negara lain setiap hari untuk memastikan bahwa mereka memahami bahwa sanksi tidak mencegah aliran barang-barang ini," jelasnya.
Kepala Pangan PBB David Beasley memperingatkan Dewan Keamanan bahwa perang di Ukraina telah menciptakan krisis kenaikan harga pangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Direktur eksekutif Program Pangan Dunia mengatakan, 49 juta orang di 43 negara sudah berada di ambang batas kelaparan.
Beasley mendesak para pemimpin dunia untuk melakukan segala cara demi meningkatkan stabilitas pasar pangan sebelum keadaan kian memburuk.
ADVERTISEMENT
Penulis: Airin Sukono.