Atas Arahan Presiden, Anies Kembalikan Jadwal MRT dan TransJ Secara Normal

17 Maret 2020 7:27 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga beraktivitas di stasiun MRT Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (16/3 Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
zoom-in-whitePerbesar
Warga beraktivitas di stasiun MRT Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (16/3 Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Minggu (15/3) mengumumkan pembatasan jam operasional transportasi umum di Jakarta seperti MRT, LRT, dan TransJakarta. Pembatasan itu dalam rangka meminimalisir penyebaran virus corona dan mulai berlaku Senin (16/3).
ADVERTISEMENT
"Kita menyampaikan bahwa layanan kendaraan umum akan mengalami perubahan. Kita menurunkan secara ekstrem kapasitas pelayanan," kata Anies di Balai Kota.
Anies menuturkan, MRT yang awalnya melayani perjalanan setiap 5-10 menit, kini hanya tersedia tiap 10 menit. Selain itu, MRT yang semula tersedia 16 gerbong jumlahnya dipangkas hanya ada 3 sampai 4 gerbong.
"LRT juga semula tiap 10 menit, menjadi 30 menit. Waktu operasi semula dari jam 5 pagi hingga 11 malam menjadi jam 6 pagi hingga jam 6 sore," ucap Anies.
Sementara untuk TransJakarta, Anies mengatakan yang semula ada 248 rute, kini hanya akan ada 13 rute. "Keberangkatan juga setiap 20 menit. Jam operasi TransJakarta tadinya 24 jam, kini dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore," ujar Anies.
Warga beraktivitas di stasiun MRT Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (16/3 Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Kemudian untuk transportasi MRT, Anies mengatakan akan ada pembatasan jumlah orang yang ada di stasiun MRT serta halte TransJakarta. Sebagai contoh, MRT biasanya dapat mengangkut 300 orang, maka akan dikurangi menjadi hanya 60 orang.
ADVERTISEMENT
"Tujuannya untuk mengurangi potensi interaksi," tegas Anies.
Selain itu, pembatasan transportasi umum diterapkan untuk menjaga agar warga saling menjaga jarak (social distancing) guna menghindari penularan virus corona.
Presiden Joko Widodo saat akan menyampaikan keterangan pers di beranda belakang Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (3/3). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Arahan dari Presiden Jokowi
Baru sehari kebijakan itu diterapkan, Anies langsung mendapat 'teguran' dari pemerintah pusat. Tak tanggung-tanggung, Presiden Jokowi dan Menko Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang mengomentari kebijakan Anies.
Pembatasan KRL, TransJakarta dan MRT yang tinggal 20 persen disebutkan menyebabkan penumpukan kendaraan terjadi di halte dan stasiun.
Penumpang bahkan harus mengantre di luar stasiun dan halte karena penumpang yang boleh masuk ke dalam dibatasi sesuai dengan kapasitas bus/gerbong yang dianjurkan, misalnya 1 gerbong MRT hanya 60 orang.
Setelah menyampaikan arahan terkait penanganan dan penanggulangan virus corona, Jokowi meminta layanan transportasi publik tetap beroperasi seperti biasa.
ADVERTISEMENT
"Tranportasi publik tetap harus disediakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan catatan meningkatkan tingkat kebersihan moda transportasi," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (16/3).
Jokowi menyebut, transportasi publik yang dimaksud tidak hanya yang berada di bawah naungan pemerintah pusat, tapi pemerintah daerah. Namun semua moda transportasi bisa mengurangi kerumunan.
"Baik kereta api, bus kota, MRT, LRT, TransJakarta yang penting bisa mengurangi tingkat kerumunan, mengurangi antrean, dan mengurangi tingkat kepadatan orang di moda transportasi itu sehingga kita bisa menjaga jarak," tambah Jokowi.
Menteri Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan hadiri Entry Meeting di Gedung BPK, Jakarta, Senin (6/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Luhut Ikut Soroti Kebijakan Anies yang Membatasi Transportasi Umum
Senada dengan Jokowi, Luhut tidak ingin adanya pembatasan transportasi umum. Sebab hal itu dinilai penumpukan penumpang seperti di beberapa lokasi.
ADVERTISEMENT
"Barusan selesai lima menit lalu tele conference dengan semua pejabat BUMN menyangkut angkutan dan perhubungan untuk tidak ada pengurangan. Malah kalau perlu ditambah karena terjadi ada beberapa tempat peningkatan penumpang juga," kata Luhut dalam konferensi pers online di kantornya.
Menurut Luhut, pembatasan operasional transportasi umum justru menimbulkan kekhawatiran penyebaran virus corona. Sebab padatnya penumpang dan antrean mengular membuat virus gampang menyebar.
"Kita tidak mau penumpang itu dalam kereta MRT misalnya berdesakan karena salah satu (tempat) penularan dari corona ini," ucap Luhut.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menggelar konferensi pers terkait virus corona atau COVID-19 di Balai Kota, Jakarta. Foto: Efira Tama Thenu/kumparan
Anies Putuskan untuk Batalkan Pembatasan Transportasi Umum
Usai mendapat kritik dari Jokowi, Anies memutuskan untuk membatalkan pembatasan transportasi umum di DKI dan mengembalikan jam operasional seperti biasa. Meski begitu Anies tetap akan membatasi antrean di halte dan stasiun.
ADVERTISEMENT
"Sesuai arahan Pak Presiden terkait kendaraan umum massal untuk masyarakat maka kami kembali menyelenggarakan dengan frekuensi tinggi untuk penyelengaraan kendaraan umum di Jakarta dan akan kita laksanakan dengan social distancing secara disiplin," kata Anies dalam konferensi pers di Balai Kota.
Anies memastikan, kebijakan menjaga jarak juga tetap dilaksanakan. Caranya, dengan membatasi jarak antrean baik di halte maupun di stasiun.
"Artinya akan ada pembatasan jumlah penumpang per bus dan per gerbong di setiap kendaraan umum yang beroperasi di bawah Pemprov DKI. Juga pembatasan antrean di dalam halte dan di dalam stasiun," tambah Anies.
Anies menegaskan, kebijakan menjaga jarak tetap dilakukan untuk mengurangi risiko penularan corona. Antrean akan dialihkan di luar stasiun dan halte. "Sekali lagi tujuannya untuk kurangi risiko penularan. Ini semua punya konsekuensi bahwa antrean akan lebih banyak di luar halte dan stasiun," tegas Anies.
ADVERTISEMENT
"Antrean di ruang terbuka dari diskusi dengan para ahli mengurangi tingkat risiko penularan daripada antrean dalam ruang tertutup. Maka itu pembatasan jumlah penumpang per gerbong dan bus ini penting untuk pastikan bahwa jarak fisik antara penumpang baik saat menuju kendaraan umum maupun selama di kendaraan tetap terjaga," ujar Anies.
MRT, LRT, dan TransJakarta Beroperasi Normal, Namun Penumpang Tetap Dibatasi
Kepala Dinas Perhubungan DKI Syafrin Liputo mengatakan, meski transportasi umum beroperasi seperti semula, pihaknya akan memberlakukan pembatasan penumpang di tiap gerbong maupun bus. Ia mengatakan untuk MRT hanya dibatasi menjadi maksimal 360 orang per rangkaian.
"Yang saat ini beroperasi empat rangkaian jadi 16 rangkaian. Namun, kapasitasnya kita batasi. Biasanya satu rangkaian maksimal 1.200 penumpang, sekarang maksimal 360 penumpang," jelas Syafrin kepada wartawan di Balai Kota.
ADVERTISEMENT
Kemudian untuk LRT Jakarta juga akan kembali beroperasi normal, yakni pukul 05.00-23.00 WIB. Dengan pembatasan penumpang per rangkaian menjadi 80 orang.
"Biasanya saat ini 270 penumpang per rangkaian, mulai hari ini kita lakukan pembatasan per rangkaian jadi 80 penumpang," ucap Syafrin.
Selain itu, bagi penumpang TransJakarta juga akan dibatasi tergantung tipe rangkaian bus yang beroperasi.
"Untuk bus gandeng semula kapasitas 150 (penumpang), maka pada saat ini ke depan hanya akan menampung 60 penumpang. Sementara untuk single bus hanya menampung 30 penumpang, dari yang biasanya 80 penumpang," tuturnya.
Syafrin menjelaskan, pembatasan ini diberlakukan untuk menjalankan prinsip social distancing atau menjaga jarak antarpenumpang. Sehingga, diharapkan dapat meminimalisir penyebaran virus corona yang sedang mewabah di Jakarta.
ADVERTISEMENT