news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Australia Ejek Komentar China soal Kapal Selam Nuklir

19 November 2021 16:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton. Foto: AFP/STR
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton. Foto: AFP/STR
ADVERTISEMENT
Australia mengejek secara terang-terangan komentar oleh diplomat senior China soal rencana pembangunan kapal selam bertenaga nuklir, Jumat (19/11).
ADVERTISEMENT
Dalam wawancaranya dengan The Guardian, Charge d'Affaires (pelaksana tugas duta besar) Kedubes China untuk Australia, Wang Xining, mengatakan Canberra akan menjadi “orang badung” jika mereka berhasil mengamankan kapal selam itu.
Menurutnya, kapal selam bertenaga nuklir memiliki kemampuan menjalankan misi rahasia berdurasi lama. Selain itu, Wang mengatakan kapal selam bertenaga nuklir didesain untuk melepaskan serangan jangkauan jauh.
“Jadi siapa yang akan Anda serang? Anda sudah bukan lagi pencinta perdamaian, pembela perdamaian, Anda menjadi pihak bersenjatakan pedang dalam bentuk tertentu,” ujar Wang, sebagaimana dikutip dari AFP.
Kapal selam Angkatan Laut Australia HMAS Rankin. Foto: POIS Yuri Ramsey/Australian Defence Force via Getty Images
Wang mengatakan, Australia tidak memiliki kapasitas nuklir untuk menangani masalah pada kapal selam tersebut. Ia mempertanyakan apakah politikus Canberra siap untuk meminta maaf, jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan atau insiden dengan kapal itu.
ADVERTISEMENT
Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton langsung merespons komentar China itu.
Dalam wawancara di sebuah stasiun televisi, Dutton menyebut komentar China sebagai “provokatif, pernyataan yang agak jenaka, sangat-sangat konyol dan lucu.”
“Dia mungkin membaca naskah yang diberikan Partai Komunis, tapi saya pikir sebagian besar warga Australia dapat melihat betapa non-produktif komentar tersebut,” ucap Dutton.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada konferensi pers di Gedung Parlemen di Canberra, Selasa (23/3). Foto: AAP Image/Mick Tsikas

Polemik Kapal Selam Nuklir Australia

Masalah ini bermula ketika Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, memutuskan untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir, di bawah kemitraan keamanan bernama AUKUS. Kemitraan ini terdiri atas Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. AUKUS ini diumumkan pada September lalu.
Keputusan ini memicu kemurkaan Prancis. Sebab, dengan adanya AUKUS, Australia keluar dari kontrak pembelian kapal selam dari Prancis. Kontrak senilai multi-miliar USD itu dibatalkan sepihak oleh Canberra.
ADVERTISEMENT
Beberapa negara ASEAN, seperti Indonesia dan Malaysia, telah menyatakan kekhawatiran soal rencana kepemilikan kapal selam nuklir ini.
Hubungan Australia dan China belakangan ini semakin menegang. Pada akhir pekan lalu, Dutton mengungkapkan, Australia berdiri bersama AS dalam situasi China-Taiwan.
HMAS Waller (SSG 75) Angkatan Laut Australia, kapal selam diesel-listrik kelas Collins. Foto: PETER PARKS/AFP
AS merupakan pendukung kemerdekaan Taiwan dari China. Sedangkan China menganggap Taiwan sebagai bagian dari mereka.
Bahkan, hubungan diplomatik tingkat tinggi Australia dan China membeku selama dua tahun terakhir ini. Diketahui, China menjatuhkan sanksi atas sejumlah ekspor Australia.
Canberra melihat tindakan Beijing sebagai balasan akibat Australia mencekal teknologi 5G dari perusahaan teknologi raksasa China, Huawei.
Bahkan, pada pekan ini Morrison merilis daftar 63 “teknologi penting” seperti komunikasi 5G, yang harus dilindungi dari campur tangan kekuatan asing, salah satunya adalah China.
ADVERTISEMENT