Ayah Pekerja yang Tewas di Gaza: Anak Saya Masih Hidup Jika AS Stop Bantu Israel

9 April 2024 11:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina menunggu untuk menerima makanan yang dimasak oleh dapur amal, di tengah kekurangan pasokan makanan, di Rafah, selatan Jalur Gaza, 16/1/2024). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina menunggu untuk menerima makanan yang dimasak oleh dapur amal, di tengah kekurangan pasokan makanan, di Rafah, selatan Jalur Gaza, 16/1/2024). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ayah dari salah seorang pekerja World Central Kitchen yang terbunuh bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Anthony Blinken. Pada pertemuan itu sang ayah meminta serangan Israel ke Gaza harus segera diakhiri.
ADVERTISEMENT
Sang ayah, John Flickinger, juga menuturkan bahwa AS perlu menggunakan kekuatan dan pengaruhnya terhadap sekutu terdekatnya di Timur Tengah untuk menghentikan konflik.
“Jika Amerika Serikat mengancam akan menghentikan bantuan ke Israel, mungkin anak saya masih hidup hari ini,” kata John Flickinger kepada AP.
Putranya yang berkewarganegaraan ganda AS dan Kanada, Jacob Flickinger, merupakan satu di antara tujuh pekerja kemanusiaan yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak pada 1 April lalu.
Merespons perkataan Flickinger, Menlu AS itu tidak menjanjikan tindakan baru apa pun. Namun menurutnya, Gedung Putih telah mengirimkan pesan kepada PM Israel Benjamin Netanyahu bahwa hubungan antara AS dan Israel dapat berubah. Hal itu dimaksud jika pasukan Israel tidak menunjukkan tindakan lebih lanjut dan kepedulian terhadap warga sipil Gaza.
ADVERTISEMENT
“Saya berharap ini adalah tantangan terakhir, bahwa AS akan menghentikan bantuan dan mengambil tindakan yang berarti untuk memanfaatkan perubahan dalam cara Israel melakukan perang ini,” kata John Flickinger seperti dikutip Guardian.
Orang-orang menunggu sementara seorang wanita menyiapkan makanan, di sebuah kamp di Rafah, di Jalur Gaza selatan, Rabu (6/12/2023). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Selain Jacob Flickinger, tiga warga negara Inggris, seorang warga negara Australia, seorang warga negara Polandia, dan seorang warga Palestina tewas dalam serangan tersebut.
John Flickinger menggambarkan putranya sebagai anak yang penuh kasih, ayah yang berbakti, serta pendamping yang sangat penyayang bagi pasangan hidupnya.
Jacob menghabiskan sekitar 11 tahun bertugas di angkatan bersenjata Kanada, termasuk delapan bulan di Afghanistan.
Sang ayah mengaku tahu risiko anaknya pergi ke Gaza. Namun Jacob telah mendiskusikannya dengan anggota keluarga. Ia ingin menjadi sukarelawan dengan harapan dapat membantu warga Palestina di Gaza yang menghadapi kelaparan.
ADVERTISEMENT
“Dia meninggal karena melakukan apa yang dia sukai, yaitu melayani dan membantu orang lain,” tutur Flickinger.
Para pejabat Israel menyebut serangan pesawat tak berawak itu sebuah kesalahan. Padahal perwakilan World Central Kitchen mengeklaim telah memberi tahu militer Israel tentang pergerakan konvoi mereka.
Menurut John, tragedi itu disengaja untuk mengintimidasi pekerja bantuan dan menghentikan aliran bantuan kemanusiaan.
Kini World Central Kitchen pun menghentikan pengiriman makanan di Gaza. ia mengatakan sepertinya Israel menggunakan makanan sebagai senjata.
Pemerintah Kanada telah berkomunikasi dengan keluarganya dan menawarkan dukungan keuangan untuk memindahkan jenazah kembali ke Quebec, agar lebih dekat dengan keluarga.
Flickinger mengatakan jenazah putranya kini masih berada di Kairo, menunggu penerbitan sertifikat kematian oleh otoritas Palestina. Setelah selesai, keluarga telah mengatur agar jasadnya dipulangkan ke Quebec.
ADVERTISEMENT