Balas Dendam Pengusiran Diplomat di Vladivostok, Jepang Usir Konsul Rusia

4 Oktober 2022 20:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivis memegang secarik tulisan ketika berkumpul di dekat kedutaan Rusia untuk memprotes invasi Rusia ke Ukraina, di Tokyo, Jumat (25/2/2022).
 Foto: Charly Triballeau/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis memegang secarik tulisan ketika berkumpul di dekat kedutaan Rusia untuk memprotes invasi Rusia ke Ukraina, di Tokyo, Jumat (25/2/2022). Foto: Charly Triballeau/AFP
ADVERTISEMENT
Jepang telah mengusir seorang utusan diplomatik asal Rusia yang ditempatkan di negaranya.
ADVERTISEMENT
Langkah itu diambil usai pemerintah Moskow melakukan hal serupa terhadap seorang konsul Jepang di Kota Vladivostok pada pekan lalu.
Informasi itu disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Jepang pada Selasa (4/10) dalam sebuah pernyataan resmi.
Pihaknya hendak mengusir seorang konsul Rusia yang ditempatkan di Kota Sapporo sebagai balasan yang sesuai dengan tindakan Negeri Beruang Merah.
“Pemerintah Jepang menyatakan bahwa seorang konsul dari kantor konsulat jenderal Rusia di Sapporo sebagai persona non grata, dan menuntut agar orang tersebut meninggalkan Jepang dalam enam hari, yaitu pada 10 Oktober,” bunyi pernyataan tersebut, seperti dikutip dari AFP.
Para aktivis berkumpul di dekat kedutaan Rusia untuk memprotes invasi Rusia ke Ukraina, di Tokyo, Jumat (25/2/2022). Foto: Charly Triballeau/AFP
‘Persona non grata’ adalah istilah dalam diplomasi internasional dan hanya diberikan kepada diplomat yang kehadirannya tidak diinginkan di negara penerima.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Pasal 9 Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik, negara penerima dapat mengusir utusan asing dan memberikan status ‘persona non grata’ kapan saja, tanpa harus menjelaskan alasannya.
Lebih lanjut, tindakan balasan itu menyusul tuntutan permintaan maaf yang dilayangkan Tokyo kepada Moskow pada Selasa (27/9) pekan lalu.
Situasi ini berawal ketika seorang konsul Jepang bernama Motoko Tatsunori ditahan oleh Dinas Keamanan Federal Federasi Rusia (FSB) di Kota Vladivostok.
Orang-orang mengikuti protes terhadap tindakan Rusia di Ukraina, selama rapat umum di dekat Kedutaan Besar Rusia di Tokyo, Jepang, Senin (4/4/2022). Foto: Philip Fong/AFP
Menurut laporan FSB, Motoko terlibat dalam aksi mata-mata. Ia ditangkap ketika sedang menerima informasi rahasia tentang efek sanksi Barat terhadap situasi ekonomi di wilayah Timur Jauh Rusia.
“Dikatakan bahwa informasi rahasia itu, yang juga menyangkut kerja sama Rusia dengan negara Asia-Pasifik yang tidak disebutkan namanya, telah diperoleh dengan imbalan hadiah uang. Moskow telah memprotes Tokyo atas tindakan konsul itu melalui saluran diplomatik,” ungkap FSB pada Senin (26/9).
ADVERTISEMENT
Meski Motoko langsung dibebaskan beberapa jam kemudian, namun Tokyo menepis segala tuduhan itu dan juga murka terhadap perlakuan otoritas Rusia saat menahan diplomat tersebut.
Pihaknya menegaskan bahwa utusan diplomatiknya tidak terlibat dalam aktivitas ilegal apa pun.
Orang-orang mengikuti protes terhadap tindakan Rusia di Ukraina, selama rapat umum di dekat Kedutaan Besar Rusia di Tokyo, Jepang, Senin (4/4/2022). Foto: Philip Fong/AFP
Tokyo menuding otoritas Rusia telah menutup mata dan membatasi gerak Motoko selama penahanan berlangsung.
Pihaknya juga menambahkan, Rusia telah menginterogasi Motoko dengan cara yang berlebihan.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno menilai, tindakan otoritas Rusia terhadap Motoko adalah pelanggaran secara terang-terangan terhadap Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik.
Akibat perlakuan Rusia yang tak dapat diterima oleh pihak Jepang, Duta Besar Rusia untuk Jepang Mikhail Galuzin telah dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri Jepang.
Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi telah menyerahkan nota protes terhadap Rusia melalui Galuzin dan menuntut permintaan maaf. Terkait hal tersebut, hingga saat ini pemerintah Moskow masih bungkam.
ADVERTISEMENT