Bamsoet Bicara Demoralisasi, Gaya Hedonis, dan Egois Generasi Muda

4 Oktober 2020 18:17 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Foto: MPR RI
zoom-in-whitePerbesar
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Foto: MPR RI
ADVERTISEMENT
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai, saat ini ada demoralisasi dan pelemahan keberagaman di kalangan anak muda. Menurutnya, hal ini menjadi ancaman kedaulatan negara di tengah perkembangan global.
ADVERTISEMENT
"Saat ini kita dihadapkan pada berbagai tantangan kebangsaan. Di antaranya melemahnya toleransi dalam keberagaman, demoralisasi generasi muda bangsa, memudarnya identitas dan karakteristik bangsa, kesenjangan sosial-ekonomi hingga persoalan ancaman kedaulatan negara di tengah cengkeraman hegemoni ekonomi politik dunia," ucap Bamsoet di Sosialisasi Empat Pilar MPR secara daring, Minggu (4/10)
Ia menjabarkan, berdasarkan data yang dikumpulkan SETARA Institute, setidaknya ada 846 kasus pelanggaran kebebasan beragama dalam kurun waktu 2014-2019. Artinya, setidaknya ada 14 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama setiap bulannya.
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo di sidang tahunan MPR/DPR. Foto: YuTube/DPR
"Sementara demoralisasi generasi muda bangsa merupakan salah satu tantangan yang perlu mendapatkan prioritas penanganan. Sebagai gambaran, menurut laporan Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2020, dari 3.602 pelaku kekerasan seksual pada ranah komunitas, 2.257 atau sebesar 62,7 persen di antaranya dilakukan oleh kelompok usia 19 sampai dengan 40 tahun," lanjut Bamsoet.
ADVERTISEMENT
"Kelompok usia ini juga mendominasi angka pelaku kekerasan seksual pada ranah privat atau rumah tangga, yaitu sebanyak 6.791 orang dari total 11.105 pelaku, atau sekitar 61,2 persen," imbuhnya.
Belum lagi, berdasarkan data BNN dan LIPI pada Juni 2019 ada 2,3 pelajar dan mahasiswa di Indonesia yang pernah mengkonsumsi narkoba. Jumlah ini, diperkirakan sudah meningkat lebih banyak.
"Identitas nasional sebagai manifestasi nilai-nilai luhur budaya yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan kebangsaan seakan mulai tergerus oleh budaya asing yang masuk melalui derasnya arus globalisasi. Gaya hidup hedonis, individualis, egois, dan pragmatis, mulai menggeser nilai budaya dan kearifan lokal kita," komentar Bamsoet.
Selain itu, Bamsoet juga menyoroti ancaman kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan letak yang strategis, Indonesia sebagai center of gravity justru berada dalam posisi rapuh terhadap pengaruh asing.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini tidak hanya bisa ditanggulangi dengan memperkuat kekuatan militer saja, tapi juga harus disertai dengan membangun benteng ideologi. Setiap warga negara yang tinggal di Indonesia, harus merasa menjadi bagian dari NKRI.
"Paradigma dalam memandang wilayah perbatasan harus diubah, bukan lagi sebagai wilayah 'terluar', tetapi wilayah 'terdepan'. Semangat nasionalisme tidak hanya dibangun melalui slogan, melainkan diimplementasikan dalam tindakan nyata," pungkasnya.
****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona