Bangladesh Blokir Jaringan Telepon Pengungsi Rohingya

3 September 2019 11:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengungsi Rohingya berebut bantuan di sebuah kamp di Cox's Bazar, Bangladesh. Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingya berebut bantuan di sebuah kamp di Cox's Bazar, Bangladesh. Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
ADVERTISEMENT
Pemerintah Bangladesh memerintahkan seluruh operator untuk menghentikan layanan telepon seluler bagi hampir satu juta warga Rohingnya di kamp pengungsian. Perintah itu dikeluarkan pada Senin (3/9).
ADVERTISEMENT
Operator telekomunikasi diberi waktu tujuh hari untuk menyampaikan laporan bahwa mereka telah melaksanakan perintah mematikan jaringan telepon itu.
Seorang pengungsi Rohingya terlihat di kamp pengungsi Balukhali saat fajar dekat Cox's Bazaar, Bangladesh. Foto: REUTERS / Clodagh Kilcoyne
Juru Bicara Komisi Pengaturan Telekomunikasi Bangladesh (BTRC), Zakir Hossain Khan, mengatakan alasan keamanan jadi dasar pemerintah untuk bertindak demikian.
"Banyak pengungsi menggunakan telepon seluler di kamp-kamp. Kami telah meminta para operator untuk mengambil tindakan untuk menghentikannya," ujar Zakir seperti dilansir AFP, Selasa (3/9).
Polisi setempat menyatakan ada hampir 600 kasus perdagangan narkoba, pembunuhan, perampokan, perkelahian geng, dan perselisihan keluarga yang diduga dilakukan pengungsi Rohingya.
Pengungsi Rohingya dekat Cox's Bazar, Bangladesh Foto: REUTERS/Damir Sagolj
Sementara itu, setidaknya ada 34 warga Rohingnya yang ditembak mati selama 2 tahun terakhir karena dugaan penyelundupan narkoba.
Menurut Juru Bicara Kepolisian Bangladesh, Ikbal Hossain, para pengungsi ini telah menyalahgunakan akses ponsel untuk melakukan tindakan kriminal seperti perdagangan narkoba.
ADVERTISEMENT
"Itu pasti akan membuat dampak positif. Saya percaya kegiatan kriminal pasti akan turun," ujar Ikbal.
Kondisi terkini para pengungsi di Rohingya. Foto: REUTERS/Danish Siddiqui
Keputusan pemerintah Bangladesh tersebut cukup mengejutkan pengungsi Rohingnya. Menurut mereka kebijakan itu tentunya akan sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari, menganggu komunikasi antara berbagai kamp yang tersebar di pengungsian Cox's Bazar.
"Kami tidak akan dapat berkomunikasi dengan kerabat kami yang tinggal di Myanmar atau bagian lain di dunia," kata pengungsi yang tidak disebutkan namanya.
Pengungsi Rohingya antre untuk distribusi kebutuhan sehari-hari di kamp Balukhali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh. Foto: REUTERS / Tyrone Siu
Para pengungsi dari Rohingya mulai melarikan diri ke Bangladesh sekitar dua tahun lalu. Tepatnya ketika mereka menghadapi tindakan kekerasan dari militer Myanmar.
Rohingya adalah etnis minoritas Muslim yang tidak diakui keberadaannya di Myanmar. Mereka tidak dianggap sebagai warga negara meski telah terlahir dan menempati Myanmar selama beberapa generasi.
ADVERTISEMENT