Banjir di Astanaanyar Bandung, Warga Salahkan Tol Air Pagarsih

26 November 2018 18:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah Warga sedang membersihkan rumahnya yang terkena banjir akibat luapan Sungai Citepus di wilayah Pagarsih dan Astana Anyar. (Foto: Iqbal Tawakal/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah Warga sedang membersihkan rumahnya yang terkena banjir akibat luapan Sungai Citepus di wilayah Pagarsih dan Astana Anyar. (Foto: Iqbal Tawakal/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banjir bandang menerjang ratusan rumah di wilayah Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (26/11). Banjir disebabkan melubernya aliran Sungai Citepus setelah diguyur hujan besar. Banjir dengan ketinggian hingga kepala orang dewasa ini disebut sebagai banjir terbesar di kawasan itu.
ADVERTISEMENT
Ketua RW 07, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Sutarsa mengatakan, aliran Sungai Citepus itu meluap sekitar pukul 13.00 WIB. Saat itu, kebanyakan warga terkejut ketika air meluap, lantaran hujan di sekitarnya tidak terlalu besar.
“Ini kedua kalinya setelah tol air dibangun. Dua kali yang besar,” ujar Sutarsa saat ditemui di lokasi banjir.
Menurutnya, banjir yang melanda lingkungannya tak pernah sebesar ini. Paling parah hanya setinggi betis orang dewasa. Sutarsa meyakini besarnya luapan aliran sungai ke wilayahnya disebabkan oleh tol air di Pagarsih.
“Biasanya paling parah itu cuman 40 sentimeter,“ kata dia.
Camat Astanaanyar meninjau banjir Jalan Pagarsih pada Mei 2017 (Foto: Twitter @Kec_Astanaanyar)
zoom-in-whitePerbesar
Camat Astanaanyar meninjau banjir Jalan Pagarsih pada Mei 2017 (Foto: Twitter @Kec_Astanaanyar)
Tol air yang dibangun Pemkot Bandung pada akhir tahun 2017 itu merupakan program pemerintah untuk mengatasi banjir di wilayah Jalan Pagarsih. Sebelum tol air itu dibangun, setiap hujan besar Jalan Pagarsih selalu dilanda banjir akibat Sungai Citepus meluap.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah tol air itu dibangun, banjir di jalan Pagarsih sedikit berkurang. Akan tetapi, dampaknya malah menyasar pemukiman yang berada di pinggir Sungai Citepus, terutama di kawasan Astanaanyar.
“Selain itu, kawasan hilirnya sudah menyempit. Jadi air meluap ke sini,” kata Sutarsa.
Salah seorang warga yang rumahnya terdampak banjir, Siti Julaeha (50 tahun) mengatakan, pemerintah harus bertanggung jawab atas banjir yang menerjang kawasannya. Karena menurut dia, pembangunan tol air dinilai sebagai penyebab banjir besar di kawasan tersebut.
“Pak Ridwan Kamil harus tanggung jawab,” kata dia.
Pembangunan tol air ini dimulai saat Ridwan Kamil masih menjadi Wali Kota Bandung. Tol air ini pun diresmikan oleh Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, pada Februari 2018.
ADVERTISEMENT
Proyek yang memakan dana APBD Kota Bandung sebesar Rp 11 miliar ini dianggap mampu mengatasi banjir di Jalan Pagarsih. Saat dimintai keterangan soal keluhan warga, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Arief Prasetya mengatakan sedang mengevaluasi penyebabnya lebih lanjut.
"Padahal basement berfungsi sebagai rem air dengan maksud supaya debit air di Sungai Citepus tidak meluap ke warga," ujar Arief