Bayi Gizi Buruk di Cianjur Meninggal, Ortu Sempat Tak Mau ke RS karena Biaya

10 Agustus 2022 19:04 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ipah Masripah (kanan), ibu bayi yang meninggal karena menderita gizi buruk di Cianjur. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ipah Masripah (kanan), ibu bayi yang meninggal karena menderita gizi buruk di Cianjur. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Amira, bayi berusia tujuh bulan penderita gizi buruk meninggal dunia di ICU RSUD Sayang Cianjur. Bayi perempuan asal Kampung Singareret RT 03/03, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur itu dinyatakan gizi buruk karena berat badannya yang hanya 4 kilogram.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengalami dehidrasi parah, dan penyakit penyerta infeksi paru-paru yang sebabkan kondisi Amira tak kunjung membaik.
Ibu Amira, Ipah Masripah (23) sempat menolak anjuran dari puskesmas di lingkungan tempat tinggalnya untuk segera membawa sang bayi ke rumah sakit dengan alasan tak punya uang.
"Memang saat kondisi bayi saya kritis, saya tidak memegang uang sepeser pun. Karena, saya tau biaya rumah sakit akan mahal," kata Ipah kepada wartawan, Rabu (10/8).
Ipah mengatakan, ia dianjurkan membuat surat keterangan tak mampu dan akhirnya bayinya dibawa ke rumah sakit.
"Sempat stabil denyut jantungnya, namun kemudian dokter mengatakan nyawanya tak tertolong," ujar buruh pabrik ini.
Ipah mendapat keterangan bayinya menderita gizi buruk dari orang-orang yang datang ke rumahnya.
ADVERTISEMENT
"Saat lahir normal, saya sempat membawa berobat ke klinik swasta dua kali saat masih ada uang," katanya.
Ipah mengatakan, ia tak mengikutsertakan anaknya imunisasi karena saat jadwal imunisasi bayinya selalu demam dan panas.
Kepala Puskesmas Kademangan Kecamatan Mande, Elis Hanny Windyalaras mengatakan, pihaknya sudah mengupayakan maksimal terkait kasus bayi tersebut.
"Saya mendapat keterangan, bayi tersebut lahir kondisi baik, namun tanggal 28 Mei ketahuan gizi kurang, jadi kasusnya setiap gizi kurang setiap Minggu dipantau," kata Elis.
Setelah sebulan dilakukan pemantauan, kondisi gizinya meningkat.
"Namun terjadi lost contact atau hilang kontak karena bayi tak pernah lagi datang ke posyandu, baru ketahuan lagi Rabu minggu kemarin," katanya.
Elis mengatakan, bayi yang ada riwayat gizi buruk sebelumnya disuruh datang ke bidan dan ternyata kondisinya memburuk lagi.
ADVERTISEMENT
"Diagnosis bidan saat bayi drop terjadi sesak ada penarikan dinding dada, infeksi berat di paru-paru, ada demam, diare, dan dehidrasi berat," jelasnya.
Elis mengatakan, bayi tersebut kondisinya kritis dan harus dirujuk ke rumah sakit, namun keluarga sempat menolak karena tak bisa bayar rumah sakit.
"Saya langsung koordinasi dengan pimpinan daerah kecamatan karena bayi tak punya BPJS, akhirnya bayi dirujuk, biaya dipikirkan bersama," katanya.
Elis mengatakan Forkopimcam siap membantu, Puskesmas Kademangan dengan OPD sepakat untuk mengumpulkan iuran untuk memberikan santunan.
"Namun kondisi bayinya buruk, kurang dari 24 jam dirawat di ICU lalu meninggal dunia," katanya.
Pihaknya mengimbau masyarakat yang memiliki kasus atau penyakit TB Paru, minimal harus terus diobati selama enam bulan.
ADVERTISEMENT
"Pergunakan fasilitas posyandu, puskesmas, karena di puskesmas ada obat untuk TB paru gratis," katanya.
Camat Mande, Rela Nurela mengatakan bayi gizi buruk yang meninggal tersebut memang lost contact dan tidak lagi di bawah pengawasan posyandu setelah didiagnosis gizi buruk.
"Pernah usia 4 bulan dikawal puskesmas sampai normal lagi setelah itu keluarga nggak pernah bawa lagi jadi tak tahu perkembangan," tandas Rela.