Beda Pandangan Pemerintah Pusat dan Sejumlah Kepala Daerah soal Masker Scuba

24 September 2020 8:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pengguna angkutan kereta rel listrik (KRL) mengenakan masker di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (3/3).  Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pengguna angkutan kereta rel listrik (KRL) mengenakan masker di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (3/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Memakai masker masih menjadi kewajiban masyarakat di tengah pandemi virus corona. Tak hanya masker bedah, masyarakat juga bisa memakai masker jenis kain, meski tingkat menyaring partikelnya berbeda.
ADVERTISEMENT
Anjuran memakai masker kain mulai digalakkan pemerintah saat masker bedah sempat langka di masa awal pandemi virus corona. Hingga akhirnya muncul berbagai jenis masker berbahan dasar kain, salah satunya yang banyak beredar adalah jenis scuba.
Namun, kini pemakaian masker scuba dianggap tak efektif lagi dalam mencegah penularan virus corona. Awalnya muncul anjuran agar masker scuba tidak dipakai para pengguna KRL.
Infografik Masker Scuba. Foto: Hod Susanto/kumparan
Jubir pemerintah dan Satgas COVID-19 Prof Wiku mengatakan masker scuba hanya memiliki satu lapisan. Bahannya yang tipis ini membuat masker tidak berfungsi baik dalam proses menyaring partikel.
"Masker scuba atau buff adalah masker dengan satu lapis saja dan terlalu tipis, sehingga kemungkinan tembus, tak bisa menyaring lebih besar. Maka dari itu disarankan untuk pakai masker berkualitas untuk bisa menjaga," kata Wiku dalam konferensi pers, Selasa (15/9).
ADVERTISEMENT
Wiku juga menyorot bentuk masker scuba yang sederhana, sehingga dengan mudah diturunkan ke dagu/leher. Tentu ini tak sesuai dengan cara yang benar dalam memakai masker sebagai pelindung hidung dan mulut.
Prof Wiku Adisasmito. Foto: BNPB
Apabila masyarakat ingin memakai masker kain, Wiku menganjurkan yang berlapis tiga. Sementara masker bedah lebih dikhususkan untuk mereka yang sakit.
"Masker kain yang bagus yang berbahan cotton dan berlapis 3, mengapa ini penting? karena kemampuan menyaring partikel virus itu akan lebih baik dengan jumlah lapisan yang lebih banyak, dalam hal ini 3 lapisan berbahan katun," kata Wiku.
Kemenkes juga memandang masker scuba sebaiknya tak dipakai masyarakat. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. Achmad Yurianto, menjelaskan masker kain yang banyak dipakai masyarakat tidak boleh sembarangan dengan kain tipis seperti jenis scuba dan buff, setidaknya masker dua lapis.
ADVERTISEMENT
'Tidak ada masker buff atau masker scuba, karena begitu masker tersebut ditarik pori-porinya akan terbuka lebar. Masker tersebut tidak memenuhi syarat,'' tegas eks jubir pemerintah untuk pengendalian virus corona ini dalam rilis resmi di situs Kemenkes, dikutip kumparan, Rabu (23/9).
Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto. Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Yuri menjelaskan pentingnya memakai masker berlapis. Ia menjelaskan lapisan kain bagian dalam masker dapat menyerap cairan dari mulut kita.
Selain itu, pemakaian masker kain maksimal selama 3 jam setelah itu ganti dengan masker yang bersih. Masker kain pun harus dicuci dengan air hangat dan detergen.

Beda Pendapat Kepala Daerah soal Masker Scuba

Namun, anjuran pemerintah terkait tak memakai masker scuba ini tak serta merta diamini pemerintah daerah. Sejumlah kepala daerah memandang masker scuba masih dianggap efektif untuk mencegah penularan virus corona.
ADVERTISEMENT
Wagub Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menuturkan, sejauh ini di wilayahnya belum ada keputusan resmi mengenai larangan penggunaan masker scuba. Ia meminta agar masyarakat memakai apa pun jenis masker yang dimiliki, daripada tidak memakai sama sekali.
"Yang ada pakai saja yang ada, tapi diimbau untuk pakai masker kesehatan," katanya di Mapolda Jawa Barat, Senin (21/9).
Warga melintas di samping sebuah patung polisi lalu lintas yang dipasangkan masker di Bandung, Jawa barat, Jumat (15/5). Foto: ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, juga menganggap masker scuba masih bisa digunakan termasuk bagi orang tanpa gejala atau OTG virus corona.
"Tapi dengan mengenakan masker itu kan sebetulnya minimal atau OTG tidak menularkan. Kalau sehat tidak tertular ini kan upaya warga untuk tadi preventif tidak menularkan dan tidak tertular," kata dia di Mapolrestabes Bandung, Rabu (23/9).
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Yana memastikan institusi terkait saat ini tengah mengkaji agar masker scuba setidaknya berlapis dua dan lebih tebal sehingga efektif untuk mencegah penularan virus corona.
"Jadi sampai ini belum ada (masalah). Masker scuba lebih tebal makanya harus dikaji," ucap dia.
Petugas keamanan menegur calon penumpang Kereta Rel Listrik Commuter Line yang menggunakan masker jenis scuba di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Senin (14/9). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
Hal senada juga disampaikan Wali Kota Bandar Lampung, Herman HN. Ia sejauh ini tak mempermasalahkan pemakaian masker scuba. Menurutnya, tidak semua orang berkapasitas untuk memiliki masker jenis bedah maupun kain berlapis.
"Kalau orang enggak punya gimana, yang penting (masker) itu bisa nutup mulut dan hidung," ujar Herman dilansir Lampung Geh (Media 1001 kumparan).
Herman juga tidak bisa melarang penggunaan masker scuba oleh masyarakat. Namun menurutnya, yang lebih ditekankan saat ini adalah menjaga kebersihan masker dengan menggantinya setiap hari.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak bisa melarang-larang. Ini kan tertutup juga, soal dia memakainya berapa jam ini yang harus diingat. Jangan satu saja yang dipakai setiap hari, ganti-ganti, dan dicuci dulu," jelasnya.
----------------------------------
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona