Belajar dari Kudus: Lonjakan Corona Terjadi Walau Tak Ada Akses Internasional

31 Agustus 2021 17:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemakaman jenazah pasien corona di TPU Desa Bakalankrapyak, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (27/5/2021). Foto: Yusuf Nugroho/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pemakaman jenazah pasien corona di TPU Desa Bakalankrapyak, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (27/5/2021). Foto: Yusuf Nugroho/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Kudus merupakan salah satu daerah yang mengalami lonjakan kasus COVID-19 di awal gelombang kedua pada Juni lalu. Tingkat penularannya terjadi dalam waktu yang begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh varian Delta.
ADVERTISEMENT
Kini, kondisi di Kudus sudah terlihat membaik. Semula yang kasus aktifnya pernah mencapai hingga lebih dari 2 ribu, sekarang menurut data corona.kuduskab.go.id hanya tersisa 24 kasus aktif saja.
Apa yang terjadi pada Kudus beberapa waktu lalu ini tentu harus menjadi pelajaran bagi daerah lain maupun daerah itu sendiri agar bisa terhindar dari ancaman lonjakan kasus yang bisa datang kapan saja.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Surakarta, dr. Tonang Dwi Ardyanto.
Menurutnya, ini bisa jadi kehati-hatian bagi daerah lainnya sebab lonjakan kasus tak melulu terjadi hanya di daerah yang punya akses langsung terhadap perbatasan internasional saja. Kudus, sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang tak memiliki bandara internasional jadi bukti bahwa lonjakan bisa terjadi di mana saja.
ADVERTISEMENT
"Catatan saya begini, apa yang terjadi di Kudus ini adalah pelajaran berharga bahwa bisa terjadi lonjakan secara tiba-tiba di suatu daerah yang, nuwun sewu, yang orang bertanya, kok bukan di kota yang ada bandara internasional, ada kota dengan pelabuhan internasional," kata dr. Tonang, Selasa (31/8).
"Tapi ternyata di tempat yang tidak berada di pinggir, tidak di daerah yang aksesnya langsung ke luar negeri pun bisa terjadi lonjakan yang tidak bisa kita duga," sambungnya dalam program dialog bertajuk ' Live: Dialog Produktif Semangat Selasa | Kisah Keberhasilan Vaksinasi dari Kudus' yang ditayangkan oleh akun YouTube Lawan Covid19 ID.
Hal lain yang juga menjadi pelajaran yakni tak boleh ada daerah yang merasa puas dengan penurunan kasus. Pemantauan harus tetap dilakukan khususnya dilihat dari positivity rate yang sangat bergantung dengan cakupan testing dan tracing.
ADVERTISEMENT
"Sebagai catatan ke depan kita tidak boleh berhenti yang penting turun, kita harus memantau bagaimana pergerakan dari positivity rate karena tidak ingin terjadi terulang kembali," ungkapnya.
Pada saat itu memang bisa saja cakupan vaksinasi bagi masyarakat umum di Kudus belum begitu tinggi. Namun vaksinasi telah terbukti melindungi sejumlah nakes yang pada saat lonjakan tersebut terinfeksi dan mayoritas tak bergejala dan sembuh. Sehingga, vaksinasi ini punya peran yang cukup besar dalam pengendalian corona.
Sebagai bentuk upaya dalam mencegah munculnya lonjakan kasus kembali, Bupati Kudus, Hartopo, mengatakan kini daerahnya sangat siap untuk menggencarkan program vaksinasi. Seluruh pihak terkait mulai dari pemerintah hingga perusahaan swasta turun terlibat dalam percepatan vaksinasi ini.
"Untuk program vaksinasi di Kudus ini semua sudah siap. Baik dari stake holder, universitas, pemda sendiri bahkan perusahaan-perusahaan yang ada di Kab. Kudus siap menerima vaksin, semua perusahaan atau stake holder siap memfasilitasi, memobilisasi massanya. siap dari SDM-nya sendiri dan dari kab kudus ada dari nakes yang kita perbantukan," kata Hartopo dalam acara yang sama.
ADVERTISEMENT
Sehingga, seluruh stok vaksinasi yang diterima Kudus selalu segera dihabiskan supaya turut menjadi pencegahan adanya kemungkinan terjadinya lonjakan kasus.
"Kita tinggal buang vaksin, selesai di sana menerima bersih. jadi kita gampang, selagi ada vaksin langsung kita habisin di Kudus," tutupnya.
Berdasarkan data dari situs vaksin.kemkes.go.id. capaian vaksinasi Kudus saat ini telah menyentuh lebih dari 219 ribu dosis pertama yang diberikan. Angka ini merupakan 33,22% dari target provinsi.