Belum Ada Satu Provinsi pun di Indonesia yang Memenuhi 3 Syarat New Normal

29 Mei 2020 10:38 WIB
comment
24
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo menyampaikan keterangan pers melalui telekonferensi dari Istana Merdeka. Foto: BPMI Setpres/Lukas
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo menyampaikan keterangan pers melalui telekonferensi dari Istana Merdeka. Foto: BPMI Setpres/Lukas
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah membuat 3 indikator sebelum wilayah-wilayah menerapkan new normal di tengah pandemi COVID-19. Wacana ini digaungkan karena vaksin dan obat spesifik yang belum ditemukan.
ADVERTISEMENT
Jadi, Presiden Jokowi meminta masyarakat hidup berdamai dengan corona. Katanya, kita harus produktif dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, seperti: jaga jarak, pakai masker, dan rajin cuci tangan.
Tiga indikator yang dibuat pemerintah adalah tingkat penularan corona di suatu wilayah atau reproductive number (RO), jumlah test atau surveillance, kesiapan sistem kesehatan.
Lalu, sudah adakah wilayah di Indonesia yang memenuhi 3 kriteria tersebut?
Jokowi setidaknya menyebut 4 provinsi dan 25 kabupaten/kota yang siap menyambut new normal. 4 provinsi itu adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Gorontalo.
Sementara 25 kabupaten/kota adalah:
1. Kota Pekanbaru
2. Kota Dumai
3. Kabupaten Kampar
4. Kabupaten Pelalawan
ADVERTISEMENT
5. Kabupaten Siak
6. Kabupaten Bengkalis
7. Kota Palembang
8. Kota Prabumulih
9. Kota Tangerang
10. Kota Tangerang Selatan
11. Kabupaten Tangerang
12. Kota Tegal
13. Kota Surabaya
14. Kota Malang
15. Kota Batu
16. Kabupaten Sidoarjo
17. Kabupaten Gresik
18. Kabupaten Malang
19. Kota Palangka Raya
20. Kota Tarakan
21. Kota Banjarmasin
22. Kota Banjar Baru
23. Kabupaten Banjar
24. Kabupaten Barito Kuala
25. Kabupaten Buol
Mari kita bahas satu per satu.
Petugas medis menunjukkan hasil sampel saat tes swab di Stasiun Bogor, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Mengutip data dari Bonza yang terbaru, Jumat (29/5), ada beberapa wilayah di Indonesia yang sudah memenuhi syarat Rt di bawah 1. Rt adalah indeks penularan corona setelah intervensi dari pemerintah untuk pemutusan penularan:
ADVERTISEMENT
Berikut daftar wilayah yang Rt-nya di bawah 1 menurut Bonza:
DKI Jakarta terlempar dari deretan wilayah yang Rt di bawah 1. Padahal sebelumnya sempat merasakan Rt 0,93.
Petugas medis mengambil sampel lendir dari seorang pedagang saat tes swab di Pasar Cisalak, Depok, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Ini yang disebut pendiri Bonza, Philip Thomas, belum ada satu daerah pun di Indonesia yang angka Rt-nya konsisten.
"Kami lihat belum konsisten, terlalu dekat dengan 1," kata Philip kepada kumparan, Kamis (28/5).
Menurut data scientist yang juga pernah bekerja di kumparan pada 2018 itu, Indonesia harusnya mencontoh negara-negara yang penurunan Rt-nya lebih konsisten. Misalnya seperti Vietnam.
"Rt jauh di bawah 1 itu lebih aman dan baik. Kita contoh Vietnam dan Thailand. Saat ini Rt-nya ada di 0,32. dan sudah lebih dr 14 hari di bawah 1," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Di antara 14 wilayah di atas ada beberapa wilayah yang telah menunjukkan angka Rt jauh di bawah 1. Sebut saja Aceh dan Bangka Belitung,
Namun ini tidak serta merta menjadi acuan. Ada variabel lain yang diperhatikan, yaitu jumlah tes.
Di situs Bonza, terlihat area abu-abu (lihat grafik) menunjukkan terdapat kemungkinan 90 persen bahwa estimasi angka Rt yang sesungguhnya berada dalam rentang tersebut. Seiring peningkatan jumlah tes, kepercayaan terhadap estimasi pun akan meningkat dan dapat menyebabkan area abu-abu menyempit.
com-Pemeriksaan SARS-CoV-2 RNA (PCR COVID-19) Prodia Foto: dok. Prodia
Nah dilihat dari data itu, area abu-abu Aceh dan Bangka Belitung justru masih jauh di atas 1. Hal ini berkaitan dengan jumlah tes yang diperkirakan sangat kecil, jadi tingkat Rt-nya yang rendah belum sepenuhnya bisa dijadikan acuan.
ADVERTISEMENT
Memang tak semua daerah melaporkan hasil tesnya. Kata Philip, hal ini juga yang membuat Bonza memberikan catatan.
"Semakin banyak jumlah kasus berarti semakin banyak tes, ini asumsinya. Soalnya data jumlah tes harian nggak ada per provinsi," tutur Philip Thomas.
kumparan pun telah berupaya mencari data-data tes corona harian di wilayah-wilayah di Indonesia. Namun, hingga kini pemerintah daerah belum bisa menunjukkan itu.
Namun, Gugus Tugas Aceh pernah mengungkapkan bahwa tes PCR di wilayahnya memang sangat rendah.
Kepala Balitbangkes Aceh, dr Fahmi Ikhwansyah, mengatakan sejak laboratorium diresmikan pada 16 April lalu hingga hari ini, pihaknya sudah menguji sebanyak 376 sampel pasien yang diduga terpapar virus corona.
"Dalam sehari kita bisa menguji 94 tes. Rata-rata sampel yang kita periksa setiap hari antara 3-15 sampel," ujar Fahmi kepada acehkini, Kamis (28/5).
ADVERTISEMENT
Menurut Fahmi, dalam sehari pihaknya pernah menguji sebanyak 21 hingga 43 sampel. "Bervariasi setiap harinya," katanya.
Aktivitas di lab Nusantics. Foto: Dok: East Ventures
Jadi, jumlah kasus aktif yang hingga kini hanya 1 orang, tidak bisa menjadi acuan. Toh, uji PCRnya masih rendah.
Sementara untuk Bangka Belitung, belum ada data tes PCR. Namun dengan asumsi Bonza dan gambaran di Aceh, tes di Bangka Belitung juga bisa dipastikan rendah.
Hanya DKI Jakarta yang memenuhi kriteria tes masif. Dari data yang diumumkan tiap hari, terlihat bahwa Jakarta mampu memenuhi kriteria jumlah tes yang disyaratkan untuk menerapkan new normal.
Hingga 27 Mei 2020, DKI berhasil melakukan tes spesimen pada 138.476 sampel tes warga. Dari tes itu, 6.929 orang positif corona.
ADVERTISEMENT
Jumlah tes di Jakarta ini sudah melampaui syarat minimal dari WHO yakni 120.000 tes PCR.
New normal akan berlaku jika kapasitas dan adaptasi sistem kesehatan di Indonesia sudah mendukung untuk pelayanan COVID-19 yang bukan tidak mungkin akan naik jika PSBB dilonggarkan.
Menteri Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, jumlah kasus baru jumlahnya harus lebih kecil dari kapasitas layanan kesehatan yang bisa disediakan.
"Misalnya kalau sebuah RS punya 100 tempat tidur, maka maksimum 60 tempat tidur itu untuk COVID-19. Nah pasien baru yang datang itu jumlahnya dalam sekian hari itu harus di bawah 60," jelas dia.
"Itu yang disebut dengan kapasitas sistem kesehatan yang terukur, yang bisa dipakai dalam rangka apakah kita melonggarkan atau tidak melonggarkan, mengurangi atau tidak mengurangi PSBB," kata Suharso.
Waskita Karya bangun RS Darurat COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran. Foto: Dok. Waskita Karya
Dari syarat di atas setidaknya ada wilayah yang sudah bisa dikatakan memenuhinya. DKI Jakarta dan Jawa Barat misalnya.
ADVERTISEMENT
Kepala Gugus Tugas Letjen TNI Doni Monardo mengatakan, tingkat keterisian rumah sakit rujukan di Jakarta sudah di bawah 50 persen. Ditambah, Jakarta punya RS Darurat Wisma Atlet yang mempunyai kapasitas besar.
"Data tentang occupancy review (evaluasi huni) yang semula pada tanggal 17 Mei tercatat 54,3 persen turun 46,9 persen. Artinya jumlah tempat tidur di RS rujukan kurang dari 50 persen," kata Doni dalam laporannya hari ini seusai ratas bersama Presiden Jokowi, Rabu (27/5)
Selain itu, sekitar 38 persen kasus positif corona di Jakarta atau 2.641 orang diketahui tidak dalam kondisi berat. Jadi mereka tidak perlu dirawat di rumah sakit dan diisolasi mandiri.
Lalu, ada Jawa Barat. Tingkat keterisian rumah sakit rujukan COVID-19 di Jabar saat ini 30 persen.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat Daud Achmad mengatakan, ketersediaan tersebut menunjukkan Jabar memiliki kapasitas yang memadai apabila sewaktu-waktu gelombang kedua Covid-19 muncul. Sejumlah rumah sakit darurat pun masih disiagakan.
Tentu ada juga daerah-daerah lain yang memenuhi kriteria ketiga ini. Mengingat kasus di daerah mereka tak sebanyak di Jakarta ataupun Jabar.
Namun persoalan tes rendah dan indeks penularan yang masih turun naik membuat mereka pun belum bisa menerapkan new normal dalam waktu dekat.
Petugas medis beristirahat setelah selesai melaksanakan SWAB Test di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Rabu (8/4). Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Misalnya di Yogyakarta, new normal baru diproyeksikan bulan Juli. Sebab, mereka masih fokus menurunkan Rt.
"Ya kalau sementara kita agak ayem (tenang) kemarin dua hari nol, nol lalu dua ya (dua hari tanpa kasus dan kemarin dua kasus). Dua hari ini mudah-mudahan nol lagi. R0 dan Rt bagus, tapi kalau dihitung masih 2," kata Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji di Kepatihan Pemda DIY, Kamis (28/5).
ADVERTISEMENT
"Juli harapannya sudah bisa ditekan, melandai," lanjutnya.
Soal data lengkap kasus corona di Indonesia bisa dilihat di sini.
Kesimpulan:
Belum ada satu provinsi pun di Indonesia yang memenuhi syarat new normal. Apabila tidak hati-hati, bukan tidak mungkin lonjakan kasus bisa terjadi lagi. Lihat saja Korea Selatan.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.