Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Belum Ucapkan Selamat ke Joe Biden, Vladimir Putin Tunggu Pengumuman Resmi
9 November 2020 17:29 WIB
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia Vladimir Putin hingga kini belum berkomentar terkait kemenangan Joe Biden dalam Pemilu AS 2020 .
ADVERTISEMENT
Kremlin mengatakan pada Senin (9/11) mereka menunggu hasil resmi pemilu sebelum mengomentari hasil. Selain itu pihaknya juga mengamati seputar gugatan hukum dalam pemungutan suara yang diajukan oleh Petahana, Donald Trump.
Juru Bicara Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov mengatakan, Rusia menganggap lebih baik menunggu hasil resmi sebelum memberi selamat kepada siapa pun.
"Kami pikir sepantasnya menunggu penghitungan suara resmi," kata Peskov, seperti dikutip dari Reuters.
Ditanya mengapa pada tahun 2016 Putin memberi selamat kepada Trump segera setelah dia memenangkan suara elektoral dan mengalahkan Demokrat Hillary Clinton, Peskov mengatakan ada perbedaan yang jelas kali ini.
"Anda bisa lihat ada prosedur hukum tertentu yang sudah diumumkan oleh presiden saat ini. Makanya situasinya berbeda dan karena itu kami kira sepantasnya menunggu pengumuman resmi," ujar Peskov.
Peskov menegaskan bahwa Presiden Putin telah berulang kali mengatakan dia siap untuk bekerja dengan siapa pun pemimpin AS. Menurutnya Rusia berharap dapat menjalin dialog dengan pemerintahan AS yang baru dan menemukan cara untuk menormalkan hubungan bilateral yang bermasalah.
ADVERTISEMENT
"Presiden Putin telah berulang kali mengatakan dia akan menghormati pilihan apa pun yang dibuat rakyat Amerika," kata Peskov.
Hubungan Moskow dengan Washington berada dalam posisi terendah pasca-Perang Dingin. Semua bermula saat Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina pada 2014.
Presiden AS saat itu, Barack Obama menjatuhkan sanksi ke Rusia. Biden merupakan Wapres era pemerintahan Obama.
Hubungan memburuk lebih jauh setelah tuduhan Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016. Mereka dituduh membantu kemenangan Trump. Tuduhan itu ditolak Kremlin.