Bentrokan Terjadi Lagi di Sudan, Militer-Sipil Saling Menyalahkan

16 Mei 2019 11:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bentrokan di Sudan Foto: Reuters/Stringer
zoom-in-whitePerbesar
Bentrokan di Sudan Foto: Reuters/Stringer
ADVERTISEMENT
Bentrokan antara demonstran dan militer kembali terjadi di Sudan kendati kedua kubu telah sepakati pemerintahan transisi. Atas bentrokan terbaru ini, baik militer dan demonstran saling menyalahkan.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, setidaknya sembilan orang terluka dalam bentrokan di ibu kota Khartoum pada Rabu (15/5). Menurut demonstran, tentara menggunakan peluru tajam dalam membubarkan massa.
Kelompok demonstran menyalahkan militer yang menggunakan kekerasan terhadap warga sipil. "Kami meminta dewan militer bertanggung jawab karena menyerang sipil. Mereka menggunakan metode yang sama seperti rezim sebelumnya dalam menghadapi pemberontak," kata Amjad Farid, juru bicara Asosiasi Profesional Sudan (SPA) yang jadi motor aksi protes.
Bentrokan di Sudan Foto: Reuters/Stringer
Sementara kepala Dewan Militer Transisi (TMC), Letnan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, menuding kekerasan dipicu oleh demonstran yang tidak juga mengendurkan aksi. Padahal menurut dia, militer dan sipil telah sepakat untuk menghentikan kekerasan sementara perundingan berlangsung.
Burhan mengatakan, para demonstran masih terus membarikade jalan sehingga membuat kehidupan warga terganggu. Hal ini, kata dia, bertentangan dengan kesepakatan semula. Dia menegaskan militer akan membongkar seluruh barikade tersebut.
Bentrokan di Sudan Foto: @AymanMakkawii1/via Reuters
Akibat peristiwa ini, jangka waktu penentuan komposisi dewan transisi diperpanjang menjadi 72 jam dari sebelumnya 24 jam. "Hingga atmosfer yang tepat tercipta untuk menuntaskan kesepakatan," kata Burhan.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya pada Senin, empat orang tewas dalam bentrokan serupa di Sudan. Situasi keamanan di negara Afrika Utara itu masih belum tenang usai dikudetanya Omar al-Bashir yang telah memimpin 30 tahun pada April lalu.
Kelompok sipil tegas menolak pemerintahan baru yang terdiri dari militer. Mereka dan militer akhirnya sepakat akan adanya pemerintahan sipil dalam waktu tiga tahun.