Berbeda dengan Biden, Macron Tak Mau Gunakan Istilah Rusia Genosida Ukraina

13 April 2022 16:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Prancis Emmanuel Macron. Foto: Christophe Petit Tesson/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Prancis Emmanuel Macron. Foto: Christophe Petit Tesson/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak untuk menyebut aksi Rusia di Ukraina sebagai tindakan genosida. Pernyataan berbeda dengan ucapan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
ADVERTISEMENT
Orang Nomor Satu di Negeri Paman Sam itu melabeli aksi Kremlin di Ukraina sebagai genosida. Ini adalah kali pertama Biden memakai istilah genosida pada konflik Rusia-Ukraina.
Walau sesama sekutu Barat, dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi France 2, Macron tak mau memakai istilah genosida untuk menggambarkan pembunuhan warga Ukraina yang dilakukan pasukan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi lokasi pembangunan Badan Antariksa Nasional di lokasi Pusat Penelitian dan Produksi Negara Khrunichev, di Moskow, Rusia, Minggu (27/2/2022). Foto: Sputnik/Sergey Guneev/Kremlin melalui REUTERS
“Menurut saya, kita perlu berhati-hati dalam menggunakan istilah (genosida) tersebut, karena Rusia dan Ukraina merupakan saudara,” jawab Macron.
“Saya akan terus berupaya, dengan segala kemampuan saya, untuk menghentikan perang ini dan kembali membangun perdamaian. Saya tak yakin penegasan retorika semacam itu akan membantu hal ini,” tambahnya.
Kendati menolak istilah genosida, Macron menilai situasi yang saat ini melanda Ukraina benar-benar tak dapat diterima.
Presiden Joe Biden berbicara selama konferensi pers di NATO setelah bertemu dengan sekutu tentang invasi Rusia ke Ukraina, di Brussels, Kamis, 24 Maret 2022. Foto: Evan Vucci/AP Photo
Ia juga menegaskan Moskow telah melakukan tindak kejahatan perang di sana. Namun, ia tak ingin gegabah dalam menggunakan istilah genosida untuk mengecam aksi Vladimir Putin.
ADVERTISEMENT
“Rusia telah memulai perang yang sangat brutal secara sepihak, sudah dipastikan bahwa pasukan Rusia telah melakukan kejahatan perang dan kini kita perlu mencari siapa yang bertanggung jawab atas hal ini,” tegas Macron.
Pada hari Senin (11/4), Prancis mengirim sejumlah polisi dan dokter forensik mereka ke Ukraina untuk membantu penyelidikan dugaan kejahatan perang di daerah sekitar Ibu Kota Ukraina, Kiev.
Kementerian Dalam Negeri dan Kehakiman Prancis mengatakan, para detektif akan memberikan dukungan kepada Ukraina dan dunia internasional untuk mengusut dugaan tersebut.
Penulis: Airin Sukono