news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bertemu Asmani, Kakek Penambal Jalan Berlubang Tanpa Imbalan

19 Juni 2018 10:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Usia senja tak mengurangi semangat Asmani untuk tetap berbuat baik bagi sesama. Kakek berusia 75 tahun itu rajin menambal jalan rusak di kampungnya, Desa Singamerta, Serang, Banten, meski tidak dibayar.
ADVERTISEMENT
Setiap pagi tubuh renta Asmani bergerilya mencari jalan berlubang seorang diri. Cangkul dan ember menjadi 'senjata perang' andalannya. Asmani memunguti batu yang ia dapatkan di pinggir jalan untuk bahan tambal.
Bagi Asmani, berbuat baik seolah menjadi candu yang tak mungkin ia tinggalkan. Maka menambal jalan adalah candu yang ia pilih untuk menyalurkan sisa-sisa energi di masa tuanya.
Pendengaran Asmani sudah terganggu. Orang lain yang hendak berkomunikasi dengannya harus berteriak kencang dan mengulangi pertanyaan berkali-kali. Jika masih kesulitan, biasanya mereka berkomunikasi dengan Asmani melalui tulisan.
Banyak warga yang kerap menyapa Asmani di jalan. Karena tak mengerti apa yang mereka katakan, Asmani biasanya hanya tersenyum sambil melanjutkan menambal jalan.
Namun kini tubuh Asmani seolah berontak dan meminta istirahat. Saat ditemui kumparan, Senin (6/6), Asmani terbaring lemah di rumahnya, tanpa kasur, hanya beralaskan tikar.
Asmani penambal jalan tanpa imbalan (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Saudara yang tinggal bersamanya, Roni, menyebut Asmani sudah tak bisa beranjak dari kasur. "Dia ngapa-ngapain di kasur, jadi karena kotor, saya angkat kasurnya, ganti pakai tikar supaya lebih mudah bersihinnya," tutur Roni.
ADVERTISEMENT
Asmani sudah pernah dibawa ke Puskesmas dan disuntik agar kakinya bisa berjalan lagi. Namun belakangan diketahui Asmani mengidap darah tinggi sehingga dokter menolak memberikan suntikan ulang meskipun Asmani sering meminta.
"Dia sering nunjuk-nunjuk kakinya dengan jari, pengin disuntik, pengin bisa jalan lagi dan bekegiatan lagi," imbuh Roni.
Asmani semakin sulit diajak berkomunikasi. Setelah beberapa kali teriakan Roni tak kunjung direspons, akhirnya dia memilih menuliskan pertanyaan yang diajukan kumparan melalui secarik kertas.
Setelah beberapa saat menunggu, Asmani baru memberikan respons singkat. "Sudah 5 tahun," ucap Asmani. Hanya itu kalimat yang keluar dari mulutnya.
Lima tahun yang dimaksud Asmani adalah waktu yang telah ia habiskan untuk menambal jalanan berlubang di kampungnya.
ADVERTISEMENT
Meski tak banyak bicara, Asmani sesekali tersenyum.
Roni kemudian mengisahkan keseharian Asmani sebelum dia jatuh sakit pada awal puasa ini. Menurutnya, kebiasaan menambal jalan rusak dilakoni Asmani atas inisiatifnya sendiri.
"Kan dia enggak ada kerjaan nih, mungkin dia lihat jalanan banyak yang rusak mungkin dia punya pikiran karena enggak ada kerjaan," ucap Roni.
Jauh sebelum menjadi penambal ban, Asmani adalah marbot di salah satu masjid di kampungnya. Setelah tak lagi jadi marbot itulah dia mulai aktif menambal jalan secara sukarela.
Kegiatan menambal jalan itu ia lakoni setiap hari selayaknya orang bekerja. "Setiap hari, pagi jam 07.00-10.00 WIB, habis zuhur jam 14.00 WIB mulai lagi sampai sore," kata Roni.
ADVERTISEMENT
Asmani sama sekali tidak menyediakan wadah untuk tempat imbalan membetulkan jalan. Tetapi dia tidak menolak bila ada yang memberikannya uang. Lumayan untuk jajannya sehari-hari.
“Hasil dia seperti itu hanya buat sehari-hari, makan-minum, cuma gitu-gitu aja,” ucap Roni.