kumparanDerma

Bertemu dengan Pri, Preman Pensiun yang Asuh 21 Anak Yatim di Sleman

10 Februari 2020 20:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prihanggono alias Pri, mantan preman yang asuh 21 anak yatim. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Prihanggono alias Pri, mantan preman yang asuh 21 anak yatim. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Namanya Prihanggono kelahiran Semarang, Jawa Tengah 43 tahun lalu. Ketika pertama bertemu tampilannya urakan dengan rambut gondrong dan tato melingkar di lehernya. Dia tak malu mengakui bahwa dirinya dulu preman, menarik uang keamanan toko-toko di Jalan Pamularsih, Semarang. Tapi itu dulu, kini dia telah bertobat. Sekarang dia merawat 21 anak yatim
ADVERTISEMENT
Jalan hidup memang sulit ditebak. Siapa sangka seseorang ketika SMP sudah berjualan pil koplo ini, kini telah memiliki panti asuhan yang dia dirikan mandiri tanpa proposal. Dia juga pemilik Warung KongSuu di Desa Widodomartani, Ngemplak, Sleman yang dikelola bersama anak asuhnya, sebagai penopang hidup panti asuhan.
“Nama saya Prihanggono tapi biasa dipanggil Pri Beruntung. Ya biar saya selalu beruntung,” kata Pri, saat ditemui kumparan di panti asuhannya, Senin (10/2).
Lalu bagaimana kisah Pri hingga hidupnya berubah 180 derajat?
Hanya satu kuncinya, sedekah kata Pri, si preman pensiun ini. Sedekah itu lah yang membuat dirinya menjadi seorang yang lebih lembut. Hati yang lembut pula lah yang membuat seseorang terbuka pendengarannya dan bisa menerima nasihat.
ADVERTISEMENT
"SMP sudah minum, sudah punya tato, jualan obat koplo juga dulu saya. Itu yang membuat saya dikeluarkan (dari sekolah),” kata dia.
Pri bercerita saat itu dia telat upacara hingga guru memeriksa tasnya. Dia kedapatan membawa pil koplo dan diberi pilihan oleh kepala sekolah, dilaporkan ke polisi atau keluar dari sekolah. Sejak saat itu Pri tidak pernah kembali ke sekolah.
Dengan modal pendidikan minim itulah Pri, si Preman tobat ini tumbuh menjadi remaja yang hidup di jalanan. Namun, nalurinya sebagai anak membuatnya kembali dekat sang ibu. Dia mulai kembali ke jalan yang lebih baik dengan ikut ibu berdagang. Kemudian dia menjadi penjaga rumah hingga dia tak perlu lagi menarik jatah keamanan toko-toko di seputaran Jalan Pamularsih, Semarang.
ADVERTISEMENT
“Saya dulu di Jalan Pamularsih ya minta jatah-jatah gitu terus saya buat beli minum,” katanya.
Saat menjaga rumah besar di kawasan Simpang Lima itulah Pri bertemu dengan sang istri. Dia merasa rezeki dibuka di situ, dia menjadi karyawan salah satu bank yang menyewa rumah yang dia jaga.
Tempat hapus tato gratis di Desa Widodomartani, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Senin (10/2). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
“Saya menikah yang seperti menjadi pintu rezeki bagi saya. Terus dulu bikin paket C, jadi karyawan. Padahal, teman-teman saya S1, S2,” kata dia.
Saat karirnya sedang moncer, Pri merasa bahwa dia harus pindah dari Semarang. Pasalnya lingkungan pertemanannya masih belum berubah. Banyak rekan-rekannya masih berprofesi sebagai maling. Bahkan barang curian itu sering dititipkan di tempat Pri.
“Saya seorang laki-laki, punya seorang istri kok seperti ini terus. Nanti ke depan seperti apa. Akhirnya saya ke Jogja,” kata dia.
PRI, Eks-preman yang asuh 21 anak yatim dengan hapus tato gratis Foto: Kolaborasi
Di Yogyakarta awalnya Pri berjualan soto. Di sini dia mulai berkenalan dengan orang-orang yang memiliki ilmu agama baik. Dia pun memutuskan hijrah setelah menonton acara TV soal sedekah. Dia pun mulai bersedekah.
ADVERTISEMENT
“Di kos itu saya dulu gambar panti asuhan, ingin punya panti,” katanya.
Prihanggono alias Pri, mantan preman yang asuh 21 anak yatim. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Mulai 2013 pun dia merintis panti di rumah mertuanya. Semula hanya 8 anak yang dia rawat hingga sekarang sudah bertambah menjadi 21. Mereka terdiri dari usia balita hingga SMA. Dari awalnya hanya menumpang kini dia sudah membangun panti asuhan dengan membeli tanah milik kakek mertuanya di Desa Widodomartani.
“2019 beli sawah, terus karena airnya kurang lancar kita jadikan warung. Sekalian tempat belajar bagi anak-anak,” kata dia.
Dia tidak menyangka bisa membangun panti dengan unit usahanya sekalian. Hal ini tak terlepas dari rasa senantiasa bersyukur dan memperbanyak sedekah. Dia percaya dengan keikhlasan rezeki akan selalu datang dari Tuhan.
Prihanggono atau Pri Beruntung saat menghapus tato pengunjung di Warung KongSuu di Desa Widodomartani, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Senin (10/2). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
“Sedekah jadi jalan untuk mendapat hidayah. Pernah ada yang kondisi ketemu, anak-anak (panti) ada yang ulang tahun kemudian saya ajak makan-makan. Kemudian ada orang yang di rumah makan datang dan tahu dari panti karena banyak anak, terus dibayarin,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Pri memilih mendirikan panti dengan harapan dosa-dosa di masa lalunya bisa gugur. Dia berharap jalan yang dia pilih ini senantiasa diridai Sang Pencipta dan bisa senantiasa dekat dengan rasul.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten