news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Biaya Tes Corona di RSUP Sardjito Yogya Sekitar Rp 500 ribu

17 Maret 2020 20:02 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Setelah ditemukan satu kasus positif corona di Yogyakarta, dua hari ini RSUP Dr Sardjito diserbu warga. Mereka berbondong-bondong datang untuk mengecek kesehatan dan mendeteksi dini apakah tubuhnya terpapar virus corona.
ADVERTISEMENT
Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan menjelaskan sejak Minggu (15/3) ada sekitar 60-80 orang yang memeriksakan diri ke Sardjito secara mandiri.
"Banyak. Kemarin sudah ada 80 orang. Yang dua hari kemarin itu. Meningkat setelah diumumkan di Yogya ada yang positif," kata Banu di kantornya, Selasa (17/3).
Banu menjelaskan, biaya tes mandiri ini sekitar Rp 500 ribu. Biaya ini bervariasi tergantung pemeriksaan yang diperlukan, termasuk membutuhkan rontgen atau tidak.
"Tapi kalau kondisinya dia berasal dari wilayah terdampak kemudian ada kenaikan suhu tubuh dia batuk bisa jadi Rp 500 ribu," kata dia.
Untuk pemeriksaan adanya Covid-19 atau tidak alurnya adalah langsung ke rawat jalan atau menuju ke klinik paru. Sardjito juga telah menyiapkan Kartu Pemantauan jika ada yang dinyatakan ODP.
ADVERTISEMENT
"Kita memiliki kartu kaya begini. Ini ketika dia di RS Sardjito kemudian dia setelah tes tim medis mencurigai harus dilakukan pemantauan (ODP) kita berikan kartu. Ini nanti dia akan dicek nama siapa ini kalau ada gejala-gejala muncul ini ada 1-9 poin yang harus dipatuhi," katanya.
Lanjutnya jika ada kondisi yang mendesak maka ada nomor call center yang sudah disiapkan. Nanti pasien bisa berangkat dan tim medis sudah terkondisikan.
"Kita ada ruang sendiri yang tidak tercampur dengan unit gawat darurat," ujarnya.
Dari 80 orang yang periksa, Banu menyebut ada yang masuk dalam kategori ODP dan diminta isolasi mandiri. Namun Banu mengaku belum memegang data jumlah ODP tersebut.
Sementara itu, Pemda DIY tengah menyusun petunjuk teknis untuk ODP agar gratis. Dinkes DIY saat ini tengah merancang pedoman ODP mana yang bisa digratiskan pengobatannya.
ADVERTISEMENT
"Salah satu yang menyebabkan dia ODP adalah faktor komorbidnya (penyakit penyerta)," ujar Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie, Senin (16/3).
Pembajun menyontohkan, misalnya ada pasien yang punya penyakit bawaan seperti jantung, diabetes, atau hipertensi. Kemudian pasien tersebut merasa sesak atau batuk-pilek. Tetapi yang menyebabkan pasien tersebut dirawat di rumah sakit adalah diabetesnya, bukan batuk-pilek. Kasus-kasus semacam inilah yang sedang disiapkan petunjuk teknisnya.
"Ini yang harus kami harus membuat juknis khusus mana yang bisa dibiayai atau tidak. Kalau ada komorbidnya mereka bisa dibiayai BPJS," ujar Pembajun.