Bill Gates Sebut Lebih Mudah Tangani COVID-19 Dibanding Perubahan Iklim

15 Februari 2021 19:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bill Gates. Foto: REUTERS/Stringer
zoom-in-whitePerbesar
Bill Gates. Foto: REUTERS/Stringer
ADVERTISEMENT
Bill Gates, filantropi sekaligus pendiri Microsoft, mengatakan bahwa mengakhiri pandemi COVID-19 lebih mudah dibandingkan menyelesaikan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari BBC, hal itu disebutkan dalam buku barunya bertajuk “How to Avoid a Climate Disaster, is A Guide to Tackling Global Warming”. Buku tersebut baru akan rilis pada Selasa (16/2), esok.
Menurut Gates, penanganan pandemi COVID-19 lebih mudah karena tidak serumit penanggulangan perubahan iklim.
Gates menyebutkan sebanyak 51 miliar ton gas rumah kaca yang masuk ke atmosfer setiap tahunnya.
Menurutnya, untuk menghilangkan gas rumah kaca itu, dunia dapat memangkas emisi di mana pelepasan gas rumah kaca yang tersisa diseimbangkan dengan menyerap jumlah yang setara dari atmosfer. Salah satu caranya adalah dengan penghijauan, seperti menanam pohon.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa dunia juga harus menghilangkan karbon dari 70 persen ekonomi dunia lainnya. Itu terdiri dari baja, semen, sistem transportasi, produksi pupuk dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Dalam bukunya, Gates berfokus terhadap cara teknologi dapat membantu manusia melakukan hal tersebut. Menurutnya, sampai saat ini belum ada cara untuk melakukan itu semua.
"Jawabannya akan menjadi upaya inovasi dalam skala yang belum pernah dilihat dunia sebelumnya," ucap Gates.
Gates juga mengatakan bahwa untuk melakukan ini harus dimulai dari pemerintah. Sebab, sistem ekonomi saat ini tidak memperhitungkan biaya riil penggunaan bahan bakar fosil.
Ilustrasi kerusakan alam. Foto: ANTARA FOTO/Nurul Ramadhan
Sebagian besar pengguna bahan bakar, menurut Gates, tidak memikirkan kerusakan lingkungan. Itulah mengapa dia mengatakan pemerintah harus turun tangan.
"Saat ini, anda tidak melihat rasa sakit yang anda timbulkan saat anda mengeluarkan karbon dioksida. Hal itu akan membutuhkan investasi besar oleh pemerintah dalam penelitian dan pengembangan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT