Bima Arya: Kota Bogor Zona Oranye, Data Milik Pemerintah Pusat Tak Sinkron

14 Februari 2021 17:58 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Bogor Bima Arya terpilih sebagai Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dalam Musyawarah Nasional VI APEKSI yang digelar di Jakarta, Kamis (11/2/2020). Foto:  Pemkot Bogor
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Bogor Bima Arya terpilih sebagai Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dalam Musyawarah Nasional VI APEKSI yang digelar di Jakarta, Kamis (11/2/2020). Foto: Pemkot Bogor
ADVERTISEMENT
Wali Kota Bogor Bima Arya membeberkan terkait status zonasi COVID-19. Menurutnya sejak dua minggu lalu Kota Bogor sebenarnya sudah kembali ke zona oranye dari zona merah.
ADVERTISEMENT
"Kalau dari hitungan kita sebetulnya dari minggu lalu kita oranye karena ada penumpukan data dari pusat ya," kata Bima saat meninjau lokasi pemeriksaan ganjil genap di Exit Tol Bogor, Baranang Siang, Minggu (14/2).
"Jadi data di pusat itu ditumpuk kemudian baru turun sehingga ada perbedaan," tambah dia.
Tercatat jumlah kasus positif COVID-19 di Kota Bogor per 13 Februari sebanyak 10.560 orang di mana 1.580 masih dalam perawatan, 8.806 sembuh dan 174 meninggal dunia.
Politikus PAN itu menyebut, dirinya sudah melaporkan masalah ini ke Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
"Saya sudah laporkan juga ke Pak Gubernur, bahkan hitungan kami sekarang juga oranye sebetulnya ya," ucap Bima.
Bima mengaku heran dengan data pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak pernah sesuai. Sebab data pemerintah pusat menyebut Kota Bogor kini masuk zona merah COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Ini memang dari tahun lalu enggak selesai sinkronisasi data ini ya, enggak sama, data kematian enggak sama, data positif enggak sama, gitu. Kalau data kita ini oranye sebetulnya," tutur Bima.
Lebih lanjut, Bima Arya menegaskan Pemkot Bogor akan terus berusaha keras agar penularan COVID-19 dapat ditekan.
"Jadi kita all out dulu untuk COVID ini. Kita akan fokus dulu untuk COVID dalam dua aspek tadi, ekonomi recovery dan kesehatan," tutup dia.