news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bio Farma: Belum Ada Bukti Mutasi Virus Corona Pengaruhi Vaksin

15 Januari 2021 17:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona.
 Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
Kemunculan mutasi virus corona baru dari Inggris di sejumlah negara masih terus diantisipasi pemerintah Indonesia. Hingga saat ini, belum ada bukti varian baru virus corona ini muncul di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Juru bicara vaksinasi dari Bio Farma, Bambang Heriyanto, menyebut saat ini dunia termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih meneliti mutasi virus ini. Termasuk apakah masih bisa berkembang jika seseorang sudah mendapatkan vaksin corona.
"WHO saat ini juga sedang terus melakukan monitoring maupun evaluasi terhadap virus ini. Jadi sampai saat ini belum ada bukti bahwa vaksin yang dibuat sekarang ini [tidak ampuh]. Artinya, masih berfungsi dengan mutasi tersebut," tutur Bambang dalam Live Corona Update bersama kumparan, Jumat (15/1).
Bambang juga menyinggung soal belum adanya bukti mutasi virus ini berpengaruh terhadap alat tes PCR, yang biasa digunakan untuk diagnosis seseorang terpapar COVID-19.
Jubir vaksinasi corona Bambang Heriyanto dari Bio Farma. Foto: Martha Herlinawati Simanjuntak/ANTARA
"Walaupun terjadi mutasi, belum ada bukti kit misalkan kit PCR-nya enggak bisa deteksi [virus], termasuk vaksinnya. Vaksin masih efektif yang dibuat beberapa pengembang di seluruh dunia, Eropa, China, masih bisa tangani virus tersebut," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Kemenkes dan Kemenristek BRIN sebelumnya juga telah membentuk tim untuk melacak varian baru virus corona di Indonesia yang ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan, yang terbukti lebih cepat menular.
Tim surveilans genom ini dibentuk untuk mengetahui epidemiologi molekuler, karakteristik, dampak pada kesehatan dan pelacakan kasus untuk pencegahan dan penanganan COVID-19.
"Untuk bisa lebih memahami tidak hanya karakter virus corona COVID-19, tapi juga mutasi yang mulai banyak terjadi, maka Kemenkes, Kemristek/BRIN sepakat untuk melakukan genomic surveilans," kata Menristek Bambang Brodjonegoro, Jumat (8/1).