Ilustrasi vaksin AstraZeneca

Bio Farma soal Beli Vaksin AstraZeneca dan Pfizer: Masih Review

26 November 2020 19:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uji klinis vaksin AstraZeneca. Foto: Dok. Universitas Oxford
zoom-in-whitePerbesar
Uji klinis vaksin AstraZeneca. Foto: Dok. Universitas Oxford
ADVERTISEMENT
Pemerintah membuka peluang untuk membangun kerja sama vaksin corona dengan berbagai perusahaan, salah satunya asal Swedia-Inggris, AstraZeneca. Pemerintah juga masih mempertimbangkan vaksin Pfizer asal AS yang diklaim efektif 95 persen.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Direktur Operasi BUMN Farmasi, PT Bio Farma, Rahman Roestan, memastikan hal itu bukanlah keputusan yang mudah. Ia menyebut, perlu ada beberapa pertimbangan dan evaluasi mendalam yang perlu dilakukan pemerintah sebelum memutuskan untuk mendatangkan vaksin lain ke tanah air.
"Untuk AstraZeneca dan lain-lain itu kita masih review kemungkinan kerja samanya," ujar Rahman dalam konferensi pers bersama BPOM dan Bio Farma yang digelar secara virtual, Kamis (26/11).
Ilustrasi vaksin Pfizer. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Rahman menuturkan, untuk potensi kerja sama, Indonesia harus mengkaji secara komprehensif. Bukan sekadar masalah kecepatan dan kecukupan, tetapi juga kepraktisan di lapangan dan menunjang teknis didistribusikan ke berbagai provinsi.
"Kita kan negara kepulauan dengan kondisi negara tropis. Nah, tentunya akan ada penyesuaian yang harus kita kaji betul, jadi ini jawabannya sama secara umum semua potensi kerja sama dengan global partner itu harus kita review secara komprehensif," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala BPOM RI, Penny K Lukito, mengaku pihaknya siap menguji kesiapan beberapa jenis vaksin yang akan digunakan Indonesia. Menurutnya, vaksin atau obat yang baik, harus memenuhi sejumlah aspek.
Kepala Badan Pengawa Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti dalam talkshow "Endorse Komsetik Aman atau Menuai Bencana" di Jakarta, Rabu (25/9/2019). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Kita akan memberikan izin untuk penggunaan itu adalah tentunya memenuhi aspek keamanan, aspek mutunya pertama, keamanan dan juga efikasinya. Jadi kalau misalnya aspek keamanan dan efikasinya, tentunya sudah ada data-data hasil uji klinik dari fase 3 yang lengkap dan cukup, sehingga bisa diberikan emergency use authorization," kata Penny.
"Bahwa Badan POM dalam hal ini apa pun keputusan dari pemerintah untuk memilih vaksin mana yang akan masuk ke Indonesia itu kami siap untuk mendampingi, melihat aspek mutunya aspek keamanannya dan aspek khasiatnya," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Oktober lalu, Presiden Jokowi mengaku pihaknya telah berkomitmen dengan AstraZeneca. Jokowi bahkan menyebut Indonesia berpeluang mendapatkan pasokan vaksin AstraZeneca pada 2021.
Ilustrasi vaksin AstraZeneca. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Jokowi menyebut, Indonesia total telah mengamankan 100 juta dosis vaksin AstraZeneca. Kemenkes akan membayar uang muka sebesar USD 250 juta pada Oktober, namun kabar terbaru vaksin ini belum diketahui. .
Selain AstraZeneca, sejauh ini, Indonesia juga sudah mendapatkan komitmen dari Sinovac, CanSino, dan Sinopharm dari China serta Genexine Korea Selatan. Vaksin Sinovac masih menjalani uji klinis tahap 3 di Bandung.
Sedangkan Pfizer, pemerintah mengaku akan kesulitan membangun kerja sama. Sebab, vaksin Pfizer harus disimpan di suhu minus 75 derajat celsius, sementara Indonesia memiliki cold chain atau rantai pendingin di kisaran 2-8 derajat celsius.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten