

ADVERTISEMENT
Sebelum meninggal dunia pada Rabu (11/9), Presiden ke-3 RI BJ Habibie sempat dirawat selama sepekan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Meski tengah sakit keras, BJ Habibie mencoba untuk tidak absen berinteraksi dengan dunia luar.
ADVERTISEMENT
"Beliau (sempat) mengatakan, 'saya ini sakit ya, badan saya sakit, tapi otak saya tidak sakit'. Sehingga, tanggal 5 dan 8 September ini, sebelum beliau dipanggil, beliau masih minta handphone dan laptop," tutur asisten pribadi Habibie, Rubijanto, di kediaman Habibie, Jalan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (12/9).
"Beliau mengatakan, 'Rubi, saya bisa gila karena saya harus berinteraksi dengan dunia luar, harus interaksi dengan dunia luar'," imbuhnya.
Di saat sakit, menurut Rubijanto, Habibie juga berusaha untuk selalu menjawab pesan yang masuk melalui ponsel atau e-mail-nya. Habibie juga masih sangat bersemangat menggunakan kecerdasannya untuk bekerja.
"(Beliau bilang) 'berapa WA masuk ke saya? Saya harus balas dan saya harus jawab. Berapa e-mail ke saya? Saya harus buka dan saya harus jawab'," ungkap Rubijanto menirukan perkataan Habibie.
ADVERTISEMENT
Selain dikenal sebagai presiden, BJ Habibie juga dikenal sebagai seorang ilmuwan di bidang dirgantara. Salah satu peninggalan Habibie di bidang aeronautika adalah teori Crack Progression yang digunakan untuk menghitung mula keretakan pada sebuah pesawat hingga titik atom.