BKSDA Aceh Temukan Bangkai Gajah, Diduga Mati Tersetrum Pagar Listrik

2 Januari 2020 9:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BKSDA Aceh menemukan sisa tulang belulang dari dua ekor gajah yang mati di Desa Tuwi Pria, Kecamatan Pasie Raya, Aceh Jaya.  Foto: Dok. BKSDA Aceh
zoom-in-whitePerbesar
BKSDA Aceh menemukan sisa tulang belulang dari dua ekor gajah yang mati di Desa Tuwi Pria, Kecamatan Pasie Raya, Aceh Jaya. Foto: Dok. BKSDA Aceh
ADVERTISEMENT
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, menemukan sisa tulang belulang dari dua ekor gajah yang mati di Desa Tuwi Pria, Kecamatan Pasie Raya, Aceh Jaya. Hewan tersebut diduga mati akibat kesetrum pagar listrik.
ADVERTISEMENT
Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto, mengatakan tim menemukan bangkai gajah itu Rabu (1/1) sore. Hewan dilindungi tersebut diperkirakan telah mati selama sekitar dua bulan. Hal itu terlihat dari tengkorak kepala dan tapak kaki yang ditemukan.
“Kedua gajah tersebut ditemukan pada lokasi yang berbeda dengan jarak hanya terpaut sekitar 50 meter,” katanya saat dikonfirmasi, Kamis (2/2).
BKSDA Aceh menemukan sisa tulang belulang dari dua ekor gajah yang mati di Desa Tuwi Pria, Kecamatan Pasie Raya, Aceh Jaya. Foto: Dok. BKSDA Aceh
Diceritakan Agus, temuan tulang belulang gajah itu berawal dari informasi warga Desa Tuwi Pria, yang menyatakan adanya gajah mati sebanyak lima ekor. Dari laporan itu, tim BKSDA Aceh bersama dokter hewan, anggota kepolisian Polres Aceh Jaya, beserta pihak terkait lainnya menuju ke lokasi.
“Berdasarkan informasi dan hasil pengecekan lapangan, hanya ditemukan 2 ekor gajah mati yang sudah berupa tulang belulang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Agus menyebutkan, dugaan sementara kematian hewan bertubuh besar itu disebabkan oleh tegangan arus listrik. Pasalnya, di lokasi temuan tersebut ditemukan adanya pagar listrik dengan tinggi sekitar 1,5 meter.
“Ini merupakan awal tahun yang menyedihkan bagi kita. Semoga ke depannya tidak terjadi lagi. Mari bersama-sama kita tumbuhkan rasa mencintai terhadap satwa liar yang ada. Karena mereka juga makhluk hidup yang butuh hidup di muka bumi ini,” keluhnya.
Sisa tulang belulang dari dua ekor gajah yang mati di Desa Tuwi Pria, Kecamatan Pasie Raya, Aceh Jaya. Foto: Dok. BKSD Aceh
Agus mengimbau kepada masyarakat agar sama-sama bisa ikut menjaga kelestarian alam, khususnya satwa liar gajah Sumatera. Yakni dengan tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa.
“Tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati,” katanya.
ADVERTISEMENT
Agus juga meminta agar masyarakat bisa menertibkan pagar-pagar listrik bertegangan tinggi yang digunakan untuk melindungi kebun. Sebab pagar listrik itu bukan hanya memberi efek kejut terhadap satwa, tetapi menimbulkan kematian berbagai makhluk hidup.
“Efeknya tidak hanya kematian terhadap satwa tetapi juga manusia,” pungkasnya.