BMKG: Awal April Indonesia Masuk Musim Kemarau

25 Maret 2020 18:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kekeringan di Semarang Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Kekeringan di Semarang Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Badan Meterorolgi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Indonesia akan memasuki musim kemarau pada awal April 2020. Hal itu berdasarkan peralihan Angin Baratan (Monsun Asia) menjadi Angin Timuran (Monsun Australia).
ADVERTISEMENT
“BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara pada April 2020, lalu wilayah Bali dan Jawa, kemudian sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada Mei 2020 dan akhirnya Monsun Australia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada bulan Juni hingga Agustus 2020,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, Rabu (25/3).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
Adapun wilayah yang akan memasuki musim kemarau pada Juni ialah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Berdasarkan prediksi tersebut BMKG meminta agar pemerintah dan masyarakat untuk mewaspadai wilayah-wilayah yang mendapatkan musim kemarau lebih awal. Beberapa wilayah itu ialah Bali, Nusa Tenggara, Jawa Barat bagian utara, Jawa Tengah bagian utara dan selatan.
Selain itu juga bencana kekeringan di beberapa wilayah yang mendapatkan musim kemarau lebih kering dari normalnya, yaitu di sebagian Aceh, sebagian pesisir timur Sumatera Utara, sebagian Riau, Lampung bagian timur, Banten bagian selatan, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian tengah dan utara.
Aktivitas Petani di Jawa Tengah Saat Dilanda Kemarau Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Lalu juga sebagian Jawa Timur, Bali bagian timur, NTB bagian timur, sebagian kecil NTT, Kalimantan Timur bagian tenggara, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, dan Maluku bagian barat dan tenggara.
ADVERTISEMENT
“Puncak Musim Kemarau 2020 diprediksi terjadi pada bulan Agustus 2020. Para pemangku kepentingan dan masyarakat diharapkan untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan ketersediaan air bersih,” kata Dwikorita.
“Para pemangku-kepentingan dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan,” tambah Dwikorita.