BMKG: Es di Puncak Jayawijaya Diprediksi Habis 2025

21 Maret 2022 18:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pegunungan Jayawijaya di Papua. Foto: Kangehan/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Pegunungan Jayawijaya di Papua. Foto: Kangehan/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan hasil penelitian akibat dari pemanasan global yang berakibat pada penyusutan es di pegunungan Jayawijaya.
ADVERTISEMENT
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, pihaknya menduga es yang terdapat pada puncak pegunungan tersebut akan habis.
"Akan terjadi penyusutan Gunung Es Jayawijaya yang diteliti oleh BMKG diprediksi tahun 2025, es itu tidak akan ada lagi di puncaknya," papar Dwikorita dalam Rapat Dengan Pendapat (RDP) bersama DPR Komisi V di Gedung DPR, Senin (21/3).
Sementara itu, dari hasil pengamatan sampai saat ini luas area yang masih memiliki lapisan es yakni 2km persegi atau 1 persennya saja. Sementara sebelumnya 200km. Artinya es telah mencair sebanyak 99 persen.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
Dwikorita menyebut, secara geografis letak Indonesia memang berada di antara dua samudera besar, yakni Samudera Pasifik dan Hindia. Selain itu fenomena iklim bisa dipengaruhi oleh letak Indonesia yang berada di khatulistiwa, mengakibatkan cuaca di Indonesia sangat dinamis.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, efek pemanasan global memperparah kondisi tersebut karena masifnya aktivitas industri seperti tambang dan batu bara, penggundulan hutan, serta transportasi.
Ia berharap Indonesia dapat konsisten untuk mengendalikan perubahan iklim tersebut dengan target mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen di 2030, sesuai yang telah disepakati kepada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
"Pupuk dan kompos adalah hal minor (menyebabkan emisi karbon), yang lebih jadi concern adalah emisi karbon akibat transportasi, pertambangan, batubara, minyak bumi. Itu yang jadi pembahasan dan kesepakatan dunia untuk dikurangi hingga batas 2030 Indonesia komitmen mengurangi sampai 29%," tuturnya.