BMKG: La Nina Bertahan hingga Mei, Peralihan ke Musim Kemarau Akan Terlambat

26 Maret 2021 1:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memberikan keterangan pers di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Kamis (31/10). Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memberikan keterangan pers di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Kamis (31/10). Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
BMKG memprediksi musim kemarau baru terjadi pada April 2021 di 22,8 persen Zona Musim (ZOM) yakni beberapa zona musim di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa. 
ADVERTISEMENT
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, peralihan musim kemarau kali ini tidak terjadi serentak di seluruh daerah karena kondisi La Nina masih berlangsung hingga Mei 2021.
"BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021 dan setelah itu monsun Australia akan mulai aktif. Karena itu, Musim Kemarau 2021 diprediksi akan mulai terjadi pada April 2021," kata Dwikorita, Kamis (25/3).
"Hasil pemantauan terhadap anomali iklim global menunjukkan kondisi La Nina diprediksi masih akan terus berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas yang terus melemah," sambung dia.
Dwikorita menuturkan, peralihan kr musim kemarau umumnya tekait dengan peralihan angin baratan (Monsun Asia) menjadi angin timuran (Monsun Australia). BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021.
ADVERTISEMENT
Sementara Deputi Bidang Klimatologi Herizal menjelaskan, 30,4 persen wilayah akan memasuki musim kemarau pada Mei 2021. Meliputi sebagian Nusa Tenggara, sebagian Bali, Jawa, Sumatera, sebagian Sulawesi dan sebagian Papua.
Sedangkan 27,5 persen wilayah lainnya akan memasuki musim kemarau pada Juni 2021. Yakni sebagian Sumatera, Jawa, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, sebagian kecil Maluku dan Papua.
Suasana awan mendung di langit Jakarta, Rabu (21/10/2020). BMKG menyatakan saat ini tengah terjadi fenomena La Nina di Samudera Pasifik yang bisa menimbulkan kondisi cuaca ekstrem di Indonesia, BMKG pun menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dan b Foto: Sigid Kurniawan/Antara Foto
Herizal meminta masyarakat waspada terhadap potensi hujan lebat durasi singkat, angin kencang hingga angin puting beliung pada April sampai Mei yang merupakan masa peralihan dari hujan ke kemarau.
"Musim Kemarau pada tahun 2021 akan datang lebih lambat dengan akumulasi curah hujan yang mirip dengan kondisi Musim Kemarau biasanya. Artinya Musim Kemarau 2021 cenderung normal dan kecil peluang terjadinya kekeringan ekstrem, seperti musim kemarau tahun 2015 dan 2019," ujar Herizal.
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dodo Gunawan menambahkan, puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada bulan Agustus 2021.
Petani menanam padi di area genangan waduk Bili-Bili yang mengering di Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (29/9/2020) Foto: ARNAS PADDA/ANTARA FOTO
Pemerintah diharapkan siaga terhadap kemungkinan dampak musim kemarau, terutama di wilayah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan, dan rawan terjadi kekurangan air bersih.
"Memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau pemerintah daerah dapat lebih mengoptimalkan penyimpanan air  untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan," tutur Dodo.