BMKG: Tsunami Terjadi 24 Menit Setelah Longsor Gunung Anak Krakatau

24 Desember 2018 13:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Semburan material vulkanik Anak Gunung Krakatau. (Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Semburan material vulkanik Anak Gunung Krakatau. (Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan erupsi yang menyebabkan longsor di Gunung Anak Krakatau menjadi pemicu terjadinya tsunami di Selat Sunda. Erupsi terpantau terjadi pada pukul 21.03 WIB.
ADVERTISEMENT
"Dari data yang kami peroleh tercatat ada tremor yang khas mengindikasikan tremor adalah gempa vulkanik. Tsunami ini erat kaitannya sebagai dampak lanjut tidak langsung dari erupsi Anak Gunung Krakatau," ujar Dwikorita di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Senin (24/12).
Dalam pantauan citra satelit, luas area longsor akibat erupsi Gunung Anak Krakatau mencapai 64 hektare. Longsor itulah yang kemudian menyebabkan gelombang air di sekitar gunung naik dan menimbulkan tsunami. Dalam waktu 24 menit kemudian, tsunami mencapai pantai di Banten dan Lampung.
Ilustrasi Longsoran Anak Krakatau di Sisi Barat Daya. (Foto: Dok. Paper Deplus)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Longsoran Anak Krakatau di Sisi Barat Daya. (Foto: Dok. Paper Deplus)
"Akibat kolaps (longsor) ini yang kemudian dalam waktu 24 menit menjadi tsunami di pantai. Dan kejadian tsunami di pantai terkonfirmasi dengan data tidegauge (sementara) milik Badan Informasi Geospasial (BIG) yang dipantau BMKG," jelas Dwikorita.
ADVERTISEMENT
"Kami pantau ada tsunami pukul 21.27 WIB, 24 menit kemudian (setelah longsor) dengan ketinggian saat ini masih 0,9 meter dan terpantau di empat titik di Banten, Serang, dan Bandar Lampung," lanjut dia.
Akan tetapi, Dwikorita mengakui sensor-sensor tektonik BMKG tidak dapat memantau karena peristiwa erupsi dan longsor di Gunung Anak Krakatau yang terjadi merupakan gempa vulkanik. Sementara jika yang terjadi adalah gempa tektonik, maka BMKG dapat memberikan peringatan dini tsunami maksimal 5 menit setelah terjadinya gempa.
"Peristiwa kemarin bukan gempa tektonik, itu gempa vulkanik sehingga kami tidak punya akses. Data tidak ada di BMKG, ada di kantor lain sehingga itulah kami konferensi pers mengajak Kepala Badan Geologi (Kementerian ESDM) karena beliau punya otoritas dan sudah terkonfirmasi," tutup Dwikorita.
ADVERTISEMENT