BMKG: Waspada Potensi Puting Beliung hingga Maret-April 2024

27 Februari 2024 14:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Steering Group Meeting selama ICG/IOTWMS di India. Foto: Dok. BMKG
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Steering Group Meeting selama ICG/IOTWMS di India. Foto: Dok. BMKG
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat waspada terhadap cuaca ekstrem. Menurutnya, potensi cuaca ekstrem itu masih bisa terjadi Maret hingga April 2024.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Dwikorita itu menanggapi fenomena pusaran angin kencang yang terjadi di Rancaekek, Bandung, pada Rabu (21/2) yang membuat heboh masyarakat. Ada yang menyebutnya puting beliung, ada juga yang menyebutnya tornado pertama di Indonesia.
"Kemungkinan untuk terjadi puting beliung itu masih terjadi selama Maret. Maret-April-lah pancaroba. Jadi itu yang harus diwaspadai. Angin kencang, ya, tidak harus memutar, tetapi angin kencang pun bisa terjadi," kata Dwikorita usai mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2).
Dwikorita menilai, fenomena yang terjadi di Rancaekek adalah puting beliung. Sebab, skalanya masih kecil dan waktunya lebih pendek jika dibandingkan dengan tornado.
"Tapi kalau masih, ya, kurang dari 10 menit, kemarin itu hanya 4-5 menit itu istilahnya mini tornado, itu puting beliung. Istilahnya masih puting beliung. Tapi kalau semakin menguat itu bisa menjadi tornado dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dan waktu lebih lama," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dwikorita menyatakan tornado bisa dibilang belum pernah terjadi di Indonesia. Fenomena pusaran angin di Rancaekek tidak bisa disebut tornado karena kecepatan pusarannya belum mencapai 100 km/jam.
"Ya, masih jauh. Itu rata-ratanya masih sekitar 65 km/jam. Nah, kalau tornado itu kecepatan minimum 100 km/jam. Namun, tidak menutup kemungkinan bisa meningkat, ya. Cuma alhamdulillah kemarin sudah berhenti 4 menit, ya. Kalau berjalan terus berlangsung itu, ya, karena awan-awannya terlalu banyak itu, ya, atau penyebabnya terlalu kuat itu bisa berlanjut. Ya, didoakan saja semoga tidak terjadi," tutur mantan Rektor UGM ini.

Waspadai Awan Gelap

Dwikorita mengatakan, puting beliung harus diwaspadai di seluruh daerah karena pergerakan awannya merata. Ia mengimbau masyarakat untuk berlindung di tempat yang aman jika di daerahnya awan sudah mulai gelap.
ADVERTISEMENT
"Jangan di bawah pohon karena juga akan terjadi, antar awan itu, kan, juga bisa terjadi kilat, petir, ya. Atau dari awan ke bumi juga terjadi awan petir. Nah, kalau di bawah pohon, kan, bisa kita terkena atau di luar. Jadi lebih baik berlindung di tempat yang aman di dalam rumah, di dalam gedung yang kokoh gitu," ujar Dwikorita.
"Hampir semua [wilayah], ya. Hampir semua. Mungkin kecuali kalau wilayah Nusa Tenggara, ya. Itu, kan, biasanya lebih rendah hujannya juga," pungkasnya.