BNPB Tinjau Longsor di Bogor: Masif Seperti Es Krim Meleleh

18 Januari 2020 13:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerusakan akibat longsor dan banjir bandang di Desa Adat Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/1/2020). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
zoom-in-whitePerbesar
Kerusakan akibat longsor dan banjir bandang di Desa Adat Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/1/2020). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
ADVERTISEMENT
Kepala BNPB Doni Monardo bersama Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono, serta unsur KLHK dan Pemerintah Kabupaten Bogor meninjau longsor yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor, Sabtu (18/1).
ADVERTISEMENT
Dari pemantauan itu, Doni mengatakan bahwa longsor di Kabupaten Bogor kali ini terjadi dalam skala masif. Dia mengatakan terdapat banyak titik longsor, dan dari udara terlihat seperti lelehan es krim.
“Daerah Sukajaya, sebelumnya yang sempat juga dikunjungi Bapak Presiden, dan beberapa daerah di Jasinga, itu longsornya itu sangat masif. Kalau kita boleh pinjam istilah itu seperti es krim yang meleleh, dan jumlahnya mencapai ribuan titik,” ungkap Doni di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Sabtu (18/1).
Kepala BNPB, Doni Monardo di Bandara Halim Perdana Kusuma. Foto: Andesta Herli Wijaya/ kumparan.
Doni melanjutkan, longsor di Bogor merupakan kejadian berulang. Longsor terjadi terus-menerus lantaran luasnya kawasan hutan yang gundul akibat aktivitas tambang.
“Jadi sudah berapa hari terakhir ini BNPB bersama tim gabungan juga, kemudian dengan Badan Geologi sudah melakukan pendataan dibantu juga oleh Lapan, ya. Nah harus kita katakan apa adanya bahwa di bagian hulu, terutama di kawasan Gunung Halimun, itu ditemukan ada ratusan bangunan-bangunan bertenda biru yang semula digunakan oleh istilahnya gurandil, petambang,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Maka itu, kata Doni, pihaknya akan melakukan upaya deforestasi di kawasan yang telah gundul, dengan melibatkan unsur terkait lainnya. Selain itu.
Kerusakan akibat longsor dan banjir bandang di Desa Adat Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/1/2020). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
“Ini tentunya tidak bisa dibiarkan. Oleh karenanya kita mencari solusi yang juga tidak menimbulkan masalah sosial di hutan. Contohnya masyarakat kehilangan pekerjaan,” ucap Doni.
“Sesuai dengan perintah Bapak Presiden, BNPB bersama dengan KLHK untuk melakukan deforestasi, termasuk juga merevitalisasi daerah aliran sungai yang sudah mengalami alih fungsi lahan terutama akibat pertanian dan juga sebagian karena perkebunan,” pungkasnya.
Foto areal kondisi Desa Adat Urug pascabencana tanah longsor dan banjir bandang di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/1/2020). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Sebagaimana diketahui, sejumlah daerah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dilanda banjir dan longsor pada Rabu (1/1). Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Yani Hasan, mengatakan total ada 7 orang meninggal akibat bencana banjir dan longsor di beberapa titik di Bogor, dan satu orang dinyatakan masih hilang.
ADVERTISEMENT
Rinciannya, 2 orang meninggal akibat longsor di Kecamatan Nanggung, 3 orang meninggal akibat longsor di Kecamatan Sukajaya, 1 orang meninggal akibat banjir di Kecamatan Jasinga, dan 1 orang lainnya meninggal di Kecamatan Bojonggede akibat banjir.