Bocah Meninggal usai Dirundung dan Setubuhi Kucing, Pelaku 4 Temannya di Kampung

22 Juli 2022 16:11 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kekerasan terhadap anak. Foto: Faisal Rahman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekerasan terhadap anak. Foto: Faisal Rahman/kumparan
ADVERTISEMENT
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Tasikmalaya, Jabar, membeberkan kasus perundungan yang dialami anak laki-laki berumur 11 tahun yang kemudian meninggal dunia diduga akibat depresi.
ADVERTISEMENT
Ketua KPAI Kabupaten Tasikmalaya Ato Rianto mengatakan, peristiwa perundungan terjadi sekitar akhir Juni lalu. Korban yang duduk di kelas 5 sekolah dasar, saat itu sedang bersama teman sebayanya.
"Korban diduga dipaksa sama teman-teman mainnya untuk melakukan persetubuhan dengan kucing. Kemudian aksi itu direkam dan setelah itu disebarluaskan melalui WhatsApp ke tetangga dan teman-temannya," ujar Ato kepada kumparan, Jumat (22/7).
Sebanyak empat orang diduga sebagai pelaku perundungan. Mereka adalah teman sepermainan satu desa dengan korban. Perundungan itu terjadi di desa tempat mereka tinggal. Salah seorang pelaku disebut duduk di bangku sekolah menengah pertama, sisanya pelajar sekolah dasar.
Video persetubuhan korban dengan binatang yang tersebar, diduga menyebabkan ia depresi berat. Korban kemudian sempat dilarikan ke rumah sakit.
ADVERTISEMENT
"Jumat (15/7) itu anak dibawa ke rumah sakit karena sudah tidak bisa masuk lagi asupan makanan. Sempat dibawa pulang untuk observasi, kemudian hari Sabtu dibawa lagi ke rumah sakit dan kemudian ananda korban, Minggu malamnya dinyatakan meninggal dunia," katanya.
Korban kemudian dimakamkan Senin pagi oleh keluarga. KPAI yang mengetahui peristiwa itu, melakukan investigasi dengan menemui keluarga korban.
"Kami melakukan komunikasi dengan pihak keluarga. Yang kami dapatkan, sebelum dibawa ke rumah sakit, anak ini tidak bisa ditanya. Kemudian sering menyendiri, tidak mau makan, dan sebagainya. Bahkan sebelum meninggal pun ada kejang-kejang," ujar Ato.

Latar Belakang Keluarga Korban

Korban berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi prasejahtera. Ia tinggal bersama ibu kandung dengan ayah tirinya yang tidak memiliki pekerjaan tetap, mereka pekerja serabutan.
ADVERTISEMENT
"Rumahnya bukan tempat yang layak huni sebetulnya. Karena masih bilik gitu, bukan tembok. Jadi ranjang pun kita tidak melihat itu, hanya (ada) karpet (untuk alas tidur)," kata Ato.
Anak kedua dari lima bersaudara ini, diketahui memiliki keterlambatan dalam belajar. Korban disebut belum bisa membaca saat duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar ini.