Boeing dan Airbus Pelajari Perilaku Virus Corona Selama Penerbangan

29 Mei 2020 2:46 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Boeing 737 400. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Boeing 737 400. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Industri penerbangan terus berusaha mengurangi risiko akibat pandemi virus corona yang beberapa bulan ini membuat lalu lintas penerbangan terhenti.
ADVERTISEMENT
Dua produsen pesawat terbang yakni Boeing dan Airbus kini tengah meneliti perilaku virus corona dalam penerbangan pesawat jet. Penelitian itu sebagai bentuk upaya untuk mengendalikan risiko yang telah menyebabkan lalu lintas penerbangan terhenti.
Menurut kedua raksasa produsen pesawat tersebut dan orang-orang yang terlibat dalam pembahasan, proyek penelitian mereka akan melibatkan para akademisi, insinyur, dan ahli medis. Diharapkan mereka dapat menguji langkah-langkah baru untuk mencegah penularan penyakit di dalam pesawat terbang.
Upaya mengurangi risiko perjalanan udara selama pandemi mencuat ketika maskapai penerbangan berusaha meyakinkan penumpang bahwa masker dan udara kabin yang tersaring cukup memberi perlindungan dari potensi terjangkit penyakit selama penerbangan.
Boeing mengatakan pihaknya sedang mengembangkan model komputer yang mampu mensimulasikan lingkungan kabin dan dapat menginformasikan keputusan oleh maskapai penerbangan, pejabat kesehatan, dan regulator mengenai cara mencegah penyebaran virus.
ADVERTISEMENT
"Kami sedang mengambil langkah-langkah untuk lebih memahami segala risiko potensial," ujar juru bicara Boeing di Wall Street Journal dikutip kumparan Den Haag, Kamis (28/5).
Ilustrasi virus corona China buatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, CDC. Foto: Alissa Eckert, MS; Dan Higgins, MAM/CDC/via REUTERS
Sementara Airbus mengatakan, pihaknya tengah bertukar informasi dengan sejumlah universitas di AS dan negara lainnya. Para insinyur Airbus juga menjajaki metode lain untuk mengurangi penyebaran virus termasuk material yang otomatis membersihkan diri, disinfektan yang mampu bertahan selama lima hari dan perangkat tanpa sentuhan di toilet kabin.
The Federal Aviation Administration (FAA), yakni lembaga regulator penerbangan sipil AS, telah berkoordinasi dengan Boeing, Airbus, dan para ahli di Centers for Disease Control and Prevention (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) untuk menilai risiko virus corona bagi penumpang dan bagaimana cara merendamnya.
ADVERTISEMENT
Para pejabat FAA selama bertahun-tahun telah mensponsori penelitian tentang bagaimana mengukur dan mengurangi masuknya uap bahan bakar dan minyak ke dalam kabin. Namun upaya tersebut belum diperluas secara formal untuk lebih memahami bagaimana virus corona berperilaku di dalam pesawat.
Banyak pihak yang telah mengetahui tentang sistem ventilasi pesawat dan bagaimana beberapa patogen dapat menyebar selama penerbangan. Para peneliti mengatakan mereka masih mempelajari bagaimana virus corona berperilaku dalam berbagai keadaan.
"Ada banyak hal yang masih belum diketahui saat ini," ujar ahli mikrobiologi John Scott Meschke, pengajar pada University of Washington, AS, yang telah menanggapi pertanyaan dari Boeing terkait upaya pengendalian penyebaran virus.
Masalah ini menjadi lebih mendesak karena banyak penumpang mulai kembali naik pesawat. Pihak maskapai mengatakan, bahwa booking penerbangan meningkat setelah beberapa pekan permintaan hampir nol. Maskapai sudah kembali menambah penerbangan setelah sempat memangkas jadwal mereka sebanyak 90 persen.
ADVERTISEMENT
Pada Jumat (29/5), sebelum liburan akhir pekan Memorial Day di A.S, Administrasi Keamanan Transportasi telah menyaring hampir 349.000 orang atau masih 88 persen di bawah jumlah penumpang tahun lalu. Tetapi angka itu cukup besar sejak Maret tahun ini.
Boeing juga telah mempertimbangkan pemberian dana penelitian bagi akademisi dalam bidang tersebut. Boeing mengatakan, pihaknya tengah meneliti teknologi baru untuk meningkatkan keselamatan. Termasuk menggunakan sinar ultraviolet sebagai disinfektan dan lapisan antimikroba untuk permukaan yang sering disentuh.
Menurut profesor teknik lingkungan Karl Linden, Boeing telah menyatakan minatnya pada proyek potensial di University of Colorado, Boulder, yang dapat menentukan dosis sinar ultraviolet yang diperlukan untuk mendisinfeksi pesawat di antara penerbangan.
"Mereka ingin bergerak sangat cepat," imbuh Karl Linden, yang mengajar pada universitas tersebut.
ADVERTISEMENT
Memberantas virus dalam penerbangan sangat menantang karena maskapai penerbangan komersial tidak mungkin bisa menerapkan jarak sosial. Para peneliti secara umum setuju bahwa udara kabin pesawat yang sering diperbarui dan filter yang kuat cukup efektif untuk menangkal patogen.
Namun tidak bisa membantu seseorang yang duduk dekat penumpang yang sedang batuk menular.
“Jarak sosial adalah sesuatu yang mustahil di dalam pesawat terbang,” jelas Qingyan Chen, profesor teknik pada Purdue University, yang baru-baru ini membahas topik tersebut dengan Boeing.
Studi epidemi sebelumnya, termasuk SARS dan flu burung, menunjukkan bahwa penumpang pesawat yang duduk di dekat penumpang yang terinfeksi berada dalam risiko tertinggi. Para ahli mengatakan, bahwa maskapai penerbangan yang mensyaratkan penumpang memakai masker secara signifikan mestinya bisa mengurangi risiko penyebaran virus saat penumpang tersebut bersin, batuk, atau berbicara.
ADVERTISEMENT
Maskapai penerbangan AS mulai awal bulan ini memang mewajibkan penumpang untuk memakai masker selama penerbangan dan pada berbagai kesempatan lainnya seperti saat check-in. Tetapi, tidak ada aturan dalam industri penerbangan mengenai hal ini dan beberapa maskapai mengatakan mereka memiliki opsi terbatas jika penumpang menolak untuk memakai masker.
"Jika semua orang memakai masker, maka ada sangat sedikit (virus) yang keluar ke udara," terang Linsey Marr, seorang profesor teknik di Virginia Tech, yang baru-baru ini dihubungi Airbus untuk informasi mengenai masalah tersebut.
Suasana penumpang India di pesawat dari Singapura. Foto: Twitter/ @HardeepSPuri
Menurut Linsey Marr, penerbangan yang lebih lama lebih memiliki risiko besar terhadap kemungkinan terpapar virus. Terutama jika penumpang melepas masker selama perjalanan.
Lembaga Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau CDC mengatakan, virus menyebar dari orang ke orang dalam jarak sekitar 6 kaki (eksak 182,88 cm atau sekitar 2 m, red) melalui cipratan yang keluar bersama batuk, bersin, atau saat berbicara.
ADVERTISEMENT
Charles Haas, seorang profesor teknik lingkungan di Drexel University, mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah partikel-partikel yang ada di udara dalam pesawat atau dalam ruangan tertutup lainnya dapat menyebarkan virus di luar area terbatas semacam itu.
Maskapai penerbangan telah meningkatkan upaya pembersihan (disinfeksi ruang toilet, meja nampan dan kursi) di antara penerbangan mereka. Sebagian malah membagikan tisu sanitasi kepada penumpang. Menurut CDC, penularan melalui sentuhan permukaan yang terkontaminasi adalah yang cukup dimungkinkan, meskipun bukan yang utama.
Sementara itu the International Air Transport Association (Asosiasi Transportasi Udara Internasional, red), telah mengumpulkan laporan tentang anggota kru yang terinfeksi saat bertugas, tetapi mengatakan bahwa dari 18 maskapai besar yang disurvei baru-baru ini, tidak ada yang melaporkan dugaan penularan antar penumpang.
ADVERTISEMENT
Survei juga menemukan 3 episode dugaan penularan dalam penerbangan dari penumpang ke anggota kru antara Januari dan Maret, dan 4 kasus di mana pilot mungkin telah menularkan penyakit ke pilot lain sebelum, selama, atau di antara penerbangan.
Secara terpisah, pejabat kesehatan Kanada tidak menemukan bukti penularan setelah memantau kru dan 25 penumpang yang duduk di dekat penumpang terinfeksi pada penerbangan Januari. Para peneliti di Prancis mencurigai satu orang terinfeksi pada penerbangan Februari ke negara itu dari Republik Afrika Tengah. Studi terbaru lainnya mengaitkan beberapa kasus di China dengan penularan dalam penerbangan.
Para eksekutif maskapai penerbangan mengatakan, mereka sedang berusaha untuk mengurangi risiko penularan dalam penerbangan. Selain persyaratan masker, maskapai AS juga telah melakukan perombakan prosedur boarding dan saat keluar meninggalkan pesawat untuk meminimalkan kontak.
ADVERTISEMENT
Sejumlah maskapai penerbangan termasuk Southwest Airlines Co. dan Delta Air Lines Inc. membiarkan sebagian kursi kosong dan membatasi jumlah penumpang dalam penerbangan. Chief Executive Southwest Airlines, Gary Kelly mengatakan filter udara dan langkah-langkah pembersihan baru telah membuat kabin bersih dan aman.
"Itu tidak akan pernah sempurna apa pun yang kita lakukan, tapi saya pikir untuk keadaan saat ini, itu sudah sangat baik,” tutur Kelly.
Laporan dari kontributor kumparan di Den Haag Eddi Santosa
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
ADVERTISEMENT
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona!