Bos BioNTech Yakin Vaksin Pfizer Bisa Beri Perlindungan dari Varian Omicron

1 Desember 2021 6:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ugur Sahin, CEO dan salah satu pendiri perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech. Foto: Fabian Bimmer/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ugur Sahin, CEO dan salah satu pendiri perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech. Foto: Fabian Bimmer/Reuters
ADVERTISEMENT
CEO BioNTech, Ugur Sahin, ikut berbicara terkait mutasi baru COVID-19 yakni varian Omicron. Sahin meyakini vaksin Pfizer dapat memberikan perlindungan dari gejala berat akibat varian Omicron.
ADVERTISEMENT
"Vaksin COVID-19 BioNTech dan Pfizer (PFE.N) kemungkinan akan menawarkan perlindungan yang kuat terhadap penyakit parah apa pun dari varian virus Omicron baru," Sahin dikutip dari Reuters, Rabu (1/12).
BioNTech sebelumnya sudah memulai penelitian terhadap varian Omicron. Mereka membutuhkan waktu dua minggu untuk menganalisis darah orang yang sudah menerima dua atau tiga dosis vaksin Pfizer.
Tes ini dilakukan untuk melihat apakah antibodi yang ditemukan dalam darah dapat melawan varian Omicron atau dibutuhkan vaksin baru.
"Kami pikir kemungkinan besar orang akan memiliki perlindungan terhadap penyakit parah yang disebabkan oleh Omicron," ucap dia.
Sahin berharap, hasil tes laboratorium dapat menunjukkan bukti jika vaksin Pfizer masih cukup ampuh untuk melawan varian Omicron. Sebab, disebut varian ini bisa kebal dari vaksin.
ADVERTISEMENT
"Menurut saya tidak ada alasan untuk khawatir. Satu-satunya hal yang mengkhawatirkan saya saat ini adalah fakta bahwa ada orang yang belum divaksinasi sama sekali," ucap Sahin.
Seorang petugas kesehatan mengisi jarum suntik dengan vaksin Pfizer COVID-19 di Rumah Sakit Jackson Memorial, Miami, AS. Foto: Lynne Sladky/AP Photo
Pfizer dan BioNTech membuat vaksin berbasis mRNA berdasarkan virus asli yang ditemukan di China dan uji klinis terus berlanjut.
Upaya tersebut tidak dimaksudkan demi menghasilkan produk komersial tetapi untuk membantu mempercepat pembuatan vaksin di masa depan.
Lebih lanjut, mengenai apakah varian Omicron ini akan berbahaya seperti varian Delta, Sahin mengaku belum bisa berbicara banyak.
"Meski begitu, tidak bisa dijadikan alasan untuk panik," tutup dia.
Ilmuwan Ospedale Pediatrico Bambino Gesu merilis ilustrasi penampakan virus corona varian Omicron yang menunjukkan mutasinya lebih banyak dibanding Delta. Foto: Ospedale Pediatrico Bambino Gesu / Handout via REUTERS
Varian Omicron pertama kali ditemukan di negara bagian Afrika Selatan pada 24 November 2021. Ketika itu, Afrika Selatan yang keseluruhan wilayahnya didominasi varian Delta, menemukan mutasi asing yang lebih menular.
ADVERTISEMENT
Varian Omicron ini telah dikonfirmasi di ada Australia, Belgia, Botswana, Inggris, Denmark, Jerman, Hong Kong, Israel, Italia, Belanda, Prancis, Afrika Selatan dan Kanada. Terbaru di Spanyol.
WHO kemudian menetapkan varian Omicron sebagai varian berbahaya atau Variant of Concern (VoC) karena memiliki mutasi yang banyak dan mengkhawatirkan.