news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

BPPTKG: Merapi Masih Status Waspada, Potensi Erupsi Tak Sedahsyat Tahun 2010

26 Oktober 2020 17:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puncak Gunung Merapi yang diselimuti awan terlihat dari Bronggang, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (9/7). Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Puncak Gunung Merapi yang diselimuti awan terlihat dari Bronggang, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (9/7). Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Gunung Merapi sampai saat ini masih berstatus Waspada atau Level II. Status ini sudah berlangsung sejak bulan Mei 2018.
ADVERTISEMENT
Terkait hal ini, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyebut ada potensi erupsi Gunung Merapi dalam waktu dekat.
Hanya saja, erupsi Gunung Merapi tersebut diperkirakan tidak akan sebesar erupsi tahun 2010 lalu. Pada 26 Oktober 2010, letusan Merapi menewaskan ratusan orang berdasarkan data Pemkab Sleman pada saat itu. Peristiwa itu juga menyebabkan juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan, meninggal.
"Berdasarkan data pemantauan diperkirakan erupsi berikutnya tidak akan sebesar erupsi tahun 2010," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida dalam Peringatan Dasawarsa Merapi 2010 melalui YouTube, Senin (26/10).
Jalan berlubang di jalur evakuasi Gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Data yang dimaksud Hanik adalah aktivitas vulkanik yang terus terjadi semenjak letusan 21 Juni 2020 lalu. Aktivitas tersebut terpantau dari Electronic Distance Measurement (EDM) Pos Pengamatan Babadan.
ADVERTISEMENT
"Saat ini aktivitas vulkanik semakin intensif dengan kejadian gempa rata-rata gempa vulkanik dangkal atau VTB itu sebanyak 6 kali per hari. Gempa multiphase (MP) sebanyak 83 kali per hari, serta deformasi dari EDM mencapai 2 cm per hari. Pemendekan jarak EDM juga terukur dari pos-pos dan titik-titik ukur yang ada di sekeliling Merapi," katanya
Mbah Maridjan Foto: Wikimedia Commons
Hanik menjelaskan aktivitas Gunung Merapi saat ini sangat berbeda dengan erupsi tahun 2010 dan juga berbeda dengan erupsi tahun 2006. Indeks eksplosivitasnya diperkirakan tidak sebesar tahun 2010 maupun 2006.
"Jadi tiga erupsi terakhir dengan karakter yang berbeda-beda. Erupsi saat ini merupakan rangkaian erupsi yang panjang yang dimulai sejak bulan Mei tahun 2018 jadi sudah 2 tahun lebih di mana erupsinya didominasi dengan gas yang sifatnya eksplosif tetapi dengan indeks eksplosivitas terendah yaitu 1, atau Kalau dibanding dengan erupsi 2010 ini adalah seperseribu dan seperseratus dibandingkan dengan indeks eksplosivitas erupsi tahun 2006," jelasnya.
Erupsi Gunung Merapi terlihat dari Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (21/6). Foto: Aloysius Jarot Nugroho/Antara Foto
ADVERTISEMENT
"Erupsi besar Gunung Merapi tahun 2010 memberikan pembelajaran yang sangat berarti dalam pengelolaan bencana gunung api baik dari sisi data teknis yaitu interpretasi prediksi dan peringatan dini maupun penyampaian informasi kepada para pemangku kepentingan," kata Hanik.
Lanjutnya, pada tahun 2010 saat itu tata kelola kebencanaan secara nasional belum lama terbentuk. Undang-undang penanggulangan bencana baru terbentuk tahun 2007
"Erupsi besar dengan jumlah pengungsi yang sangat besar menjadi tantangan yang sangat luar biasa. Di mana pada waktu yang sangat singkat harus menangani pengungsi dalam jumlah hampir 500.000," ujarnya.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)