BPPTKG Ubah Potensi Bahaya Erupsi Gunung Merapi: 5 Km dari Puncak ke Barat Daya

16 Januari 2021 19:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Merapi difoto dari kawasan Kaliurang, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (18/11/2020). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Merapi difoto dari kawasan Kaliurang, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (18/11/2020). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Balai Penyelidikan dan Penelitian Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengubah rekomendasi daerah yang berpotensi terkena bahaya erupsi Gunung Merapi.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya potensi bahaya berada di tenggara atau Kali Gendol. Kini potensi bahaya mengarah ke hulu sejumlah sungai di sebelah barat daya Gunung Merapi.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso, menjelaskan pihaknya terus melakukan pembaruan terkait rekomendasi potensi bahaya ini dengan melihat aktivitas terkini Merapi.
"Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor Selatan - barat daya meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km (dari puncak). Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," kata Agus saat zoom bersama wartawan, Sabtu (16/1).
Gunung Merapi difoto dari Bronggang, Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Agus menyatakan dari hasil pengamatan aktivitas Merapi selama sepekan ini, teramati aktivitas seperti seismik, deformasi, dan gas mengalami penurunan. Sementara itu kejadian guguran meningkat.
ADVERTISEMENT
"Rangkuman aktivitas vulkanik Gunung Merapi per tanggal 14 Januari kemarin, tapi ini masih mewakili sampai dengan saat ini. Jadi kesimpulan aktivitas saat ini ada penurunan aktivitas kegempaan dan deformasi yang cukup drastis. Sebenarnya sejak 1 januari ada penurunan. Namun guguran tetap tinggi karena sedang erupsi," jelasnya.
Kemudian, ketika laju deformasi sebelumnya mencapai 21 cm, kini hanya di bawah 1 cm per harinya. Dengan data ini, probabilitas aktivitas vulkanik membawa kesimpulan bahwa erupsi efusif lebih dominan dibanding kemungkinan erupsi eksplosif.
"Aktivitas seperti ini itu membawa ke kesimpulan erupsi efusif sekarang yang dominan," kata Agus.
Kubah lava di puncak Gunung Merapi terlihat dari Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (15/1/2021). Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto
Agus menjelaskan dengan rekomendasi ini, masyarakat yang berada di luar potensi daerah bahaya Merapi bisa pulang ke rumah. Termasuk pula masyarakat Kalitengah Lor yang sedang mengungsi di barak Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Namun demikian, keputusan pengungsi pulang tetap berada di pemerintah daerah.
ADVERTISEMENT
"Bisa (pengungsi pulang) tapi ini tergantung dengan pemerintah daerah karena pemda ini lah yang melakukan penanggulangan bencana. Kami (BPPTKG) hanya (mengeluarkan) rekomendasi," ujarnya.
Keputusan untuk memulangkan pengungsi atau tidak tentu juga didasari dengan berbagai pertimbangan dari pemerintah daerah.
"Barangkali ada pertimbangan-pertimbangan sosiokultural atau psikologis untuk mempertahankan pengungsi, ini wewenang dari pemda," katanya.
Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (6/10). Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO
Sementara itu, Camat Cangkringan Suparmono menyatakan warga Kalitengah Lor yang mengungsi di barak Glagaharjo masih tetap bertahan dan belum berencana pulang.
Pihaknya tidak terburu-buru mengambil keputusan sebelum ada rapat dengan Pemkab Sleman. Saat ini di barak Glagaharjo ada sekitar 270 kelompok rentan yang mengungsi.
"Saya konsultasi dengan pak kalak (BPBD) terkait itu nanti akan rapat dengan pemda. Tapi logika saya kan Siaga Level III kan masih. Intinya kelompok rentan harus mengungsi 5 km jarak amannya. Meskipun arah ancaman berubah tapi kalau teritori tetap 5 km sepanjang rekomendasi seperti itu sebaiknya tetap mengungsi," kata Suparmono kepada wartawan.
ADVERTISEMENT