BRIN Ungkap Dugaan Sumber Limbah Paracetamol di Teluk Jakarta

4 Oktober 2021 13:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota tim SAR melakukan operasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di laut dekat pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (10/1). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Anggota tim SAR melakukan operasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di laut dekat pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (10/1). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Peneliti Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Zainal Arifin mengungkapkan sumber paracetamol yang terdapat di Teluk Jakarta.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan timnya tidak membuat riset untuk mengetahui sumbernya. Tetapi yang berpotensi yang masuk ke Muara Angke dan Ancol, Jakarta Utara, sumbernya berasal dari daratan.
“Daratan itu kan bisa datang dari Bodetabek, ini sebenarnya kalau kita ingin melihat, bagaimana melihat pencemaran di sekitaran Jawa ini akan menarik, bagaimana daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pertanian bahkan akan beda,” kata Zainal saat acara virtual, Senin (4/10).
Lanjutnya, Zainal menjelaskan dari daratan tersebut bisa diakibatkan dari mulai gaya hidup hingga sistem pengolahan air limbahnya.
“Mungkin yang kita pahami tadi karena gaya hidup dari kita sebagai publik, yang kedua obat-obatan kedaluwarsa yang tidak dikelola dengan baik di buang sembarangan, sistem pengolahan air limbahnya yang tidak berjalan maksimal,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Terkait hal tersebut, Zainal mengatakan butuh teknologi yang canggih agar limbah paracetamol dapat tereduksi dengan baik.
“Di level global itu tentang pengelolaan air limbah ini paracetamol tidak bisa terendapkan/terjaring dengan sistem kita, ini artinya teknologi yang harus dikembangkan, jadi banyak aspek,” tambahnya.
Suasana di Muara Angke, Jakarta Utara. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Selain itu, Peneliti Oseanografi LIPI-BRIN, Wulan Koagouw menjelaskan alasan dirinya membuat penelitian terkait polutan paracetamol karena gaya hidup masyarakat Jakarta yang sering mengkonsumsi obat tersebut.
“Karena paracetamol yang banyak kita gunakan, pusing paracetamol, apa-apa paracetamol dan dijual secara bebas tanpa resep dokter,” jelasnya.
Wulan bercerita kenapa dirinya melakukan penelitian tersebut karena jumlah penduduk Indonesia yang padat jadi dirasa perlu untuk menjalani penelitian terkait polutan paracetamol.
“Jadinya saya ingin tahu, kira-kira di Indonesia apakah terdeteksi paracetamol, ya atau tidak, sebenarnya sederhana sekali pada saat itu,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
“Saya hanya penasaran paracetamol terdeteksi atau tidak, ternyata terdeteksi,” pungkasnya.
Publik dihebohkan dengan temuan kandungan paracetamol dengan konsentrasi tinggi di Teluk Jakarta. Setelah temuan ini, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengambil sampel air di lokasi yang disebutkan dalam riset itu.
Dinas LH DKI Jakarta memang secara berkala mengambil sampel air di sejumlah lokasi, termasuk di laut Jakarta. Tapi, dari 38 parameter yang ada, paracetamol belum masuk dalam kategori yang menjadi standar.
Karena itu, Dinas LH DKI Jakarta juga masih harus meneliti lebih dalam soal temuan ini.