Buka Jalan Penyelenggaraan Pemilu, Parlemen Jepang Akan Dibubarkan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Keputusan diambil sepekan lebih usai Perdana Menteri baru Fumio Kishida berkuasa. Pembubaran parlemen berujung pemilu ditujukan agar warga Jepang sendiri menentukan kelompok mana bakal menjalankan pemerintahan, serta memulihkan perekonomian yang babak belur dihantam pandemi COVID-19.
Kishida dan partai penguasa Partai Liberal Demokratik (LDP) bersama koalisi Partai Komeito, dalam jajak pendapat terakhir masih mendapat dukungan wajar dari warga Jepang.
Oleh sebab itu, lewat pemilu Kishida ingin memperoleh dukungan lebih luas dari warga Jepang. Kishida yakin dukungan penuh akan membuat upaya pengendalian pandemi COVID-19 serta pemulihan ekonomi berjalan lancar.
"Saya ingin menggunakan pemilu untuk memberi tahu warga kami apa yang sedang kami lakukan dan tuju," ucap Kishida seperti dikutip dari Reuters.
Kishida menambahkan, selama sepekan lebih menjalankan pemerintahan dia sama sekali tak merasa lelah.
"Saya punya jadwal begitu sibuk, anehnya saya sama sekali tidak merasa capai," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Untuk memenangkan pemilu, LDP berjanji fokus pada penanganan pandemi COVID-19. Mereka bahkan berjanji akan segera mendistribusikan obat corona. Sedangkan bidang perekonomian, LDP berkomitmen segera mempercepat pertumbuhan ekonomi.
LDP akan berhadapan dengan oposisi utama Partai Konstitusional Demokrat (CDPJ) pimpinan Yukio Edano. CDPJ kalah populer dibanding LDP.
Demi mendongkrak suara, CDPJ mengangkat isu yang terpinggirkan oleh LDP seperti dukungan pernikahan sejenis. LDP dan Kishida dikenal sebagai kelompok konservatif. Kishida bahkan terang-terangan menentang pernikahan sejenis.
Pernyataan Kishida jadi perdebatan besar di Negeri Sakura. Sebab, penduduk Jepang mulai bersikap moderat dan terbuka beberapa dekade terakhir.