Bupati Bogor: Banyak Warga di Kampung Anggap Tidak Ada Corona

17 Juli 2021 13:25 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Bogor Ade Yasin (kiri) meninjau Posko Operasi Ketupat Lodaya. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Bogor Ade Yasin (kiri) meninjau Posko Operasi Ketupat Lodaya. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan tingkat kepatuhan masyarakat di daerahnya, khususnya di wilayah-wilayah perkotaan seperti Cibinong, Citeureup, Cileungsi saat penerapan PPKM Darurat cukup tinggi. Menurut dia, tingkat kepatuhan masyarakat di sejumlah daerah itu cukup tinggi terhadap protokol kesehatan (prokes). Bahkan angkanya mencapai 50 persen. "Di kota-kota, kepatuhannya cukup tinggi ya, di kota-kota yang berdekatan dengan Jakarta seperti Cibinong, Citeureup, Cileungsi, jadi memang zona merah karena berdekatan dengan Bekasi dan Jakarta," ujar Ade Yasin dalam diskusi virtual Polemik Trijaya, Sabtu (17/7). Meski demikian, mobilitas masyarakat juga masih tinggi saat PPKM Darurat ini. Namun menurut hal itu masih dianggap terkendali apabila masyarakat patuh protokol kesehatan. Hal yang menjadi permasalahan, kata Ade Yasin, adalah menanggulangi corona di perkampungan di Kabupaten Bogor. Karena menurut dia, banyak warga di kampung menganggap corona tak ada.
ADVERTISEMENT
"Yang di kampung-kampung ini sulit sekali, mereka berpendapat di kampung nggak ada corona, padahal orang kota juga ada yang ke kampung. makanya kita digalakkan," ujar dia. "Makanya kita buat RT siaga RW siaga. Kita buat satgas, dari kecamatan desa dan RT, RW. Sehingga kita butuh kebersamaan dan gotong royong dar RT, RW. Kebetulan insentif RT, RW kita naikkan supaya membantu masyarakat supaya bisa mematuhi aturan," lanjut Ade Yasin. Ade Yasin tak menyebut berapa insentif yang diberikan untuk RT dan RW yang menangani COVID-19. Namun, dia menyinggung soal bantuan satu desa Rp 1 miliar untuk penanganan COVID-19.