news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bupati Tangerang Respons Udara Buruk di Jabodetabek: Ayo Duduk Bersama

24 Juni 2022 14:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar merespons soal udara buruk.  Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar merespons soal udara buruk. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan perihal kualitas udara yang buruk di daerahnya, direspons Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar.
ADVERTISEMENT
Anies sebelumnya menyebutkan, berdasarkan pantauan pemerintah pusat, sumber polusi di Jakarta berasal dari daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Sementara itu, Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengajak agar setiap kepala daerah untuk menyelesaikan bersama masalah kualitas udara yang buruk.
"Ayo kita duduk bersama, apakah ini indikator dari alat transportasi, dari motor, atau dari daerah industri, yang menyebabkan kualitas udara buruk, baik itu di Tangerang atau pun Jakarta," kata Zaki, Jumat (24/6).
Dia juga menegaskan, hasil laporan soal kualitas udara yang buruk itu harus dilihat dari indikator mesin pemeriksa kualitas udara yang terpasang di beberapa titik.
"Kita juga harus lihat mesin indikator pemeriksa kualitas udara itu, apakah tersimpan atau pun ditempatkan di tempat yang benar, sehingga dia bisa membaca. Lalu, bagaimana pengukuran indikasinya, diukur atau tidak tiap periode," ujarnya.
Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena kabut polusi di Jakarta, Jumat (5/7). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Menurut laporan dari aplikasi yang dimiliki Zaki, pemasangan indikator pengecekan kualitas udara, tidak semuanya di daerah industri atau padat transportasi, tapi ada juga di daerah pemukiman.
ADVERTISEMENT
"Lihat nih, indikator mesin pemeriksa udara yang paling banyak di Jakarta. Kalau di Kabupaten Tangerang, ada beberapa, salah satunya di pemukiman penduduk kawasan Lippo Karawaci. Bisa dilihat juga indeksnya menunjukkan udara di sana di atas 151, padahal itu pemukiman penduduk, tidak ada industri dan pergerakan kendaraan bermotor yang tinggi," jelasnya.
Zaki meminta agar kerja sama antardaerah untuk menyelesaikan persoalan tersebut, dan tidak saling menuding penyumbang polusi udara.
"Bisa saja, dari data tadi, memang mesin indikatornya yang berdebu, jadi mau di sana tidak berpolusi tetap saja kualitas udaranya buruk, karena tidak dibersihkan. Makanya, lebih baik kita sama-sama duduk bareng menyelesaikan persoalan ini," ungkapnya.