Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Bom bunuh diri di Polrestabes Medan pada Rabu (13/11) kemarin, melukai 5 orang polisi dan 1 warga. Sementara pelaku bernama Rabbial Muslim Nasution (24) tewas.
ADVERTISEMENT
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM, Busyro Muqoddas, angkat bicara. Dia khawatir di balik teror tersebut aktornya justru adalah negara, seperti di zaman orde baru dahulu.
“Tesis saya sejak tahun 1985 ke atas 90-an kami menangani kasus seperti itu (teror) di era Orde Baru, putusannya selalu sama dan motif-motif mengapa teror di Orde Baru itu sesungguhnya pelakunya, aktornya, adalah negara. Itu era Orde Baru,” kata Busyro di Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia, Jalan Kaliurang KM 14,5, Kabupaten Sleman, Kamis (14/11).
Dia menjelaskan di masa reformasi gerakan teror itu dimulai sejak 2001. Hingga sekarang tahun 2019 mengapa teror tersebut masih muncul di momen-momen tertentu seperti pemilu, akhir tahun, tahun baru, dan event-event politik lainnya.
ADVERTISEMENT
“Apakah ini pertanda bahwa, bukan badan intelijen itu gagal. Bukannya badan intelijen gagal di dalam melakukan pencegahan dini, tetapi itu kemungkinan menarik. Menariknya jangan-jangan ada desain sebagaimana era orde baru,” ujar Mantan Ketua KPK tersebut.
Dia mengaku berani berkata seperti itu bukan tuduhan, tapi memang kajian di disertasinya yang berkaitan dengan terorisme bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
“Saya melakukan penelitian untuk itu, LIPI menulis penelitian tentang itu saya menulis untuk disertasi dan sudah saya pertanggungjawabkan juga,” pungkas Busyro.